Selasa 25 Jun 2024 07:22 WIB

ODGJ Meningkat, Kelurahan Siaga Sehat Jiwa Digiatkan di Yogyakarta  

Jumlah tersebut naik jika dibandingkan dengan 2023 yang tercatat sebanyak 1.239 jiwa.

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Fernan Rahadi
Pasien penderita Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) (ilustrasi)
Foto: ANTARA FOTO/Adeng Bustomi
Pasien penderita Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Yogyakarta mencatat adanya peningkatan penderita orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) di Kota Yogyakarta pada 2024 ini. Hingga Mei, tercatat ODGJ di Kota Yogyakarta mencapai 1.101 jiwa, di mana angka tersebut termasuk mereka yang berasal dari luar Kota Yogyakarta.

Kepala Seksi Promosi Kesehatan Masyarakat Bidang Kesehatan Masyarakat Dinkes Kota Yogyakarta, Arumi Wulansari mengatakan, jumlah tersebut naik jika dibandingkan dengan 2023 yang tercatat sebanyak 1.239 jiwa. Dengan begitu, pihaknya pun menggiatkan kembali Kelurahan Siaga Sehat Jiwa (KSSJ) di tingkat wilayah.

“Selama ini terbentuknya tim pelaksana kesehatan jiwa masyarakat yang aktif hanya di kemantren. Untuk di Kelurahan belum ada. Dengan jumlah ODGJ yang saat ini mengalami peningkatan, maka perlu menggiatkan kembali KSSJ ini,” kata Arumi dalam keterangan resminya, Senin (24/6/2024).

Arumi menyebut, dalam penanganan ODGJ di wilayah, kelurahan bekerja sama dengan tim dari sektor lainnya seperti babinsa, bhabinkamtibmas, LPMK, PKK, hingga Karang Taruna. Selain pengendalian di wilayah, pihaknya juga melakukan sosialisasi terkait KSSJ di 45 kelurahan yang ada di Kota Yogyakarta. 

"Sampai saat ini (sosialisasi) sudah berjalan di 19 Kelurahan di Kota Yogyakarta," ucap Arumi.

Arumi menekankan bahwa keluarga pasien juga memiliki peran penting dalam menangani ODGJ ini. Pihaknya bahkan masih menemukan banyak warga yang malu untuk mengakui dan melaporkan keluarganya yang menderita ODGJ ke puskesmas atau posyandu yang ada di wilayahnya. 

"Pengaruh keluarga pasien ini sangat penting. Jangan sampai kurangnya perhatian lebih dari keluarga memperburuk kondisi pasien dengan stigma malu memiliki salah satu keluarga yang menderita ODGJ. Kita tekankan, jangan ada stigma di masyarakat, penderita ODGJ ini sama penanganannya," ungkap Arumi. 

Arumi juga menekankan kesehatan mental ini makin tinggi terutama diderita oleh anak-anak dan remaja. Dengan berbagai macam faktor mulai dari putus cinta, tidak sesuai dengan mimpi yang dikejar, keseringan menggunakan gadget, masalah keluarga/broken home serta diderita oleh lansia yang memiliki riwayat sakit kronis yang menyebabkan stres berkepanjangan. 

"Maka perlu adanya deteksi dini dengan skrining kesehatan jiwa yang bisa dilakukan secara mandiri,  ke posyandu maupun puskesmas juga ada. Dengan ini, gangguan jiwa dapat ditekan," jelasnya.

Untuk itu, ia berpesan bagi warga Kota Yogyakarta yang ingin membantu ODGJ bisa melaporkan melalui RT, RW kemudian melaporkan ke kelurahan. Dengan begitu, penderita ODGJ ini dapat segera tertangani dengan baik.

"Jika tidak memungkinkan ke puskesmas, maka tim puskesmas akan menyambangi rumah pasien. Dengan upaya yang dilakukan melalui sosialisasi, harapannya  masyarakat mau menerima dan ikut serta dalam pelaksanaan perkembangan KSSJ di wilayah, sehingga semakin banyak lagi cakupan pelayanan ODGJ yang  bisa diberikan untuk warga Kota Yogyakarta," kata Arumi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement