Rabu 03 Jul 2024 16:21 WIB

Darurat Sampah, KKN UAD Ajak Warga Yogya Manfaatkan Sampah Jadi Pupuk 

Inovasi pupuk dari sampah menggunakan bahan dan alat yang mudah didapatkan.

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Fernan Rahadi
Universitas Ahmad Dahlan (UAD).
Foto: Republika/Wahyu Suryana
Universitas Ahmad Dahlan (UAD).

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA — Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Alternatif 91 Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Unit I.B.2 mengajak warga di Sudagaran, Tegalrejo, Kota Yogyakarta untuk mengelola sampahnya secara mandiri. Hal ini dilakukan dengan memanfaatkan sampah organik menjadi pupuk. 

Kegiatan tersebut dilakukan mengingat kondisi Kota Yogyakarta yang darurat sampah. Kondisi ini terjadi karena banyaknya penumpukan sampah di sejumlah titik di Kota Yogyakarta. 

"Seiring dengan meningkatnya volume sampah, KKN I.B.2 mengajak masyarakat memanfaatkan sampah organik menjadi pupuk. Inovasi ini tak hanya membantu mengurangi sampah, tetapi juga sebagai alternatif pupuk yang ramah lingkungan," kata salah satu mahasiswa KKN UAD, Jeffry dalam siaran pers UAD, Rabu (3/7/2024). 

Jeffry mengatakan, inovasi pupuk dari sampah tersebut menggunakan bahan dan alat yang mudah didapatkan. Mulai dari sampah organik, tanah, cairan EM4, air gula, kapur, serta toples. 

Sampah organik yang digunakan dapat berupa, cangkang telur, hingga berbagai macam sisa makanan. Dikatakan Jeffry, cara membuat pupuk dari sampah ini cukup sederhana. 

Langkah pertama yakni dengan mengisi toples yang telah disediakan dengan tanah yang dibasahi dengan sedikit air. Setelah diratakan, tanah ditutup dengan sampah, dan disiram dengan air gula. 

"Kemudian, tutup kembali dengan tanah dan beri cairan EM4. Pupuk dapat dipanen setelah satu bulan penyimpanan," ucap Jeffry.

Melalui sosialisasi tersebut, diharapkan warga sekitar dapat menerapkannya dalam mengelola sampahnya masing-masing. Dengan begitu, juga diharapkan dapat membantu mengatasi persoalan darurat sampah di Kota Yogyakarta.  

“Sampah merupakan masalah bersama, pemerintah dan masyarakat perlu berkolaborasi dalam penanganannya, baik melalui edukasi yang hilirnya adalah kesadaran bersama, budaya 3R (reuse, reduce, recycle), hingga inovasi,” ungkapnya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement