REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Gunung Merapi masih belum Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) mencatat Gunung Merapi masih terus mengeluarkan guguran lava. Dalam 24 jam terakhir selama 29 Agustus 2024, Merapi tercatat mengeluarkan 50 kali guguran lava.
“Guguran lava mengarah ke barat daya atau Kali Bebeng dengan jarak luncur maksimum 1.700 meter,” kata Kepala BPPTKG, Agus Budi Santoso, Jumat (30/8/2024).
Tidak hanya itu, berdasarkan laporan BPPTKG pada 30 Agustus ini, Merapi kembali mengeluarkan guguran lava sebanyak 28 kali selama pukul 00.00-06.00 WIB. Sebanyak 28 kali guguran lava itu juga mengarah ke barat daya dengan jarak luncur maksimum yakni 1.600 meter.
Agus menegaskan, aktivitas vulkanik Merapi saat ini masih cukup tinggi dengan status siaga atau level 3. Tidak hanya guguran lava, dalam beberapa pekan ini Merapi juga mengeluarkan rentetan awan panas guguran (APG).
Bahkan, dalam 24 jam terakhir ini juga tercatat lebih dari 100 kegempaan di Merapi. BPPTKG mencatat kegempaan Merapi dengan rincian 156 kali gempa guguran, dua kali gempa fase banyak, dan satu kali gempa tektonik.
Sementara itu, untuk laju rata-rata deformasi yang diukur menggunakan EDM Babadan sebesar -0,3 centimeter per hari. “Laju rata-rata deformasi sebesar -0,3 centimeter tercatat terjadi dalam empat hari terakhir,” jelas Agus.
Untuk itu, Agus menyebut potensi bahaya Merapi saat ini masih berupa guguran lava dan awan panas pada sektor selatan-barat daya dan sektor tenggara. Pada sektor selatan-barat daya, potensi bahaya Merapi meliputi Sungai Boyong sejauh maksimal lima kilometer, Sungai Bedog, Krasak, dan Bebeng sejauh maksimal tujuh kilometer.
Pada sektor tenggara, potensi bahaya Merapi meliputi Sungai Woro sejauh maksimal tiga kilometer, dan Sungai Gendol sejauh lima kilometer. Sedangkan, lontaran material vulkanik bila terjadi letusan eksplosif dapat menjangkau radius tiga kilometer dari puncak,” ungkap Agus.
“Data pemantauan menunjukkan suplai magma di Merapi masih berlangsung yang dapat memicu terjadinya awan panas guguran di dalam daerah potensi bahaya,” kata Agus.
Masyarakat pun diminta tidak melakukan kegiatan apa pun di daerah potensi bahaya. Selain itu, masyarakat juga diminta mewaspadai bahaya lahar dan awan panas guguran, terutama saat terjadi hujan di seputar Merapi.
“Masyarakat agar mengantisipasi gangguan akibat abu vulkanik dari erupsi Merapi,” ucapnya.