Selasa 31 Dec 2024 22:31 WIB

DBD di Yogyakarta Meningkat hingga 70 Persen di 2024

Penderita DBD di 2024 mencapai 283 orang di Kota Yogyakarta.

Rep: silvi dian setiawan/ Red: Muhammad Hafil
Nyamuk Aedes aegypti sebagai penyebab penyakit DBD( (ilustrasi). Penyebaran nyamuk yang mengandung bakteri Wolbachia menjadi strategi baru untuk mengatasi penularan kasus demam berdarah dengue di Indonesia.
Foto: www.freepik.com
Nyamuk Aedes aegypti sebagai penyebab penyakit DBD( (ilustrasi). Penyebaran nyamuk yang mengandung bakteri Wolbachia menjadi strategi baru untuk mengatasi penularan kasus demam berdarah dengue di Indonesia.

REPUBLIKA.CO.ID,YOGYAKARTA — Kasus demam berdarah dengue (DBD) meningkat di Kota Yogyakarta. Bahkan, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Yogyakarta menyebut peningkatannya di 2024 ini mencapai 70 persen dibandingkan tahun lalu. 

Dinkes Kota Yogyakarta mencatat, penderita DBD di 2024 mencapai 283 orang di Kota Yogyakarta. Jumlah ini meningkat dibandingkan 2023 yang tercatat 86 penderita DBD. 

Baca Juga

Kasi Pengendalian Penyakit Menular (P2M) dan Imunisasi Dinkes Kota Yogyakarta, Endang Sri Rahayu mengatakan, faktor utama peningkatan kasus DBD ini dikarenakan cuaca yang tidak menentu, dan kurangnya kesadaran masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan. 

Untuk itu, pihaknya mengimbau masyarakat untuk aktif menjalankan gerakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) secara rutin dan mandiri dalam rangka menekan peningkatan kasus DBD.

Selain PSN, penerapan 3M Plus atau menguras tempat penampungan air, menutup rapat wadah air, mendaur ulang barang bekas, serta menggunakan obat nyamuk dan memasang kelambu saat tidur juga menjadi langkah untuk mencegah gigitan nyamuk aedes aegypti yang menjadi penyebab DBD.

Bahkan, Endang juga menekankan pentingnya peran aktif warga dalam menekan angka penyebaran DBD. “Gerakan satu rumah satu jumantik harus dihidupkan lagi di kampung dan perkantoran. Selain itu, masyarakat wajib melakukan 3M Plus, dan menghindari gigitan nyamuk dengan memakai baju panjang atau menggunakan kelambu,” kata Endang belum lama ini.

Endang menuturkan, pihaknya juga telah mengintensifkan penyuluhan langsung kepada masyarakat mengenai bahaya DBD. Termasuk sosialisasi terkait langkah pencegahan DBD melalui fasilitas kesehatan, seperti puskesmas.

Pihaknya berharap agar masyarakat melaporkan segera jika ada anggota keluarga yang mengalami gejala DBD. Seperti demam tinggi mendadak, nyeri otot, mual, atau muncul bintik-bintik merah pada kulit. 

Ia menekankan, penanganan dini dianggap sangat penting untuk mencegah komplikasi. “Kami menghimbau kepada orang tua harus lebih waspada di hari ke 4-5 ketika anak atau keluarga mengalami panas tinggi. Jika terjadi, maka segera dibawa ke puskesmas. Di sana kita ada pendeteksian DBD yakni NS1, karena penting menghitung hari panas ke 4-5,” ucap Endang.

Menurut Endang, dengan adanya nyamuk wolbachia sangat membantu pencegahan DBD di Kota Yogyakarta. Meski begitu, penyebaran nyamuk ber-wolbachia ini tidak 100 persen menghentikan penyebaran DBD. 

“Ketika DBD tahun ini naik di semua wilayah, Kota Yogyakarta juga ikut naik. Namun dibandingkan dengan wilayah lain, Kota Yogyakarta ada di posisi ke-5 se DIY,” ungkapnya.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement