REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Kamran Dikarma
Menjelang perayaan Idul Fitri, aktivitas Novita di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Perempuan Kelas IIA Semarang, Jawa Tengah, menjadi lebih sibuk. Novita, yang merupakan terpidana kasus korupsi, adalah kapten di Bakery Paramesti Maheswari, salah satu unit kegiatan atau bimbingan kerja (bimker) bagi para penghuni Lapas Perempuan Kelas IIA Semarang.
Siang itu, Novita dengan cekatan menangani dua pekerjaan sekaligus. Dia menempatkan loyang-loyang berisi adonan kue kacang ke rak oven, lalu sejurus kemudian menata kue yang telah matang ke dalam stoples. Semua kegiatan itu dilakukan Novita di area khusus bimker yang menempati bangunan semi-terbuka dan terletak di dekat pintu masuk lapas. Area tersebut memiliki beberapa seksi untuk bimker lainnya, seperti menjahit dan membatik.
Aktivitas Novita membuat kue kacang bukan hanya sekadar untuk melatih kemahirannya semata. Mendekati Lebaran, Bakery Paramesti Maheswari selalu kebanjiran pesanan kue kering. Pesanan datang tidak hanya dari para penghuni lapas, tapi juga pegawai-pegawai lapas.
“Untuk Lebaran, kita buat tujuh macam kue kering. Ada kastengel, nastar, sagu keju, sagu almond, kukis, kue kacang, sama biji ketapang,” ungkap Novita ketika diwawancara baru-baru ini.
Novita mengatakan, kegiatan pembuatan kue kering dimulai dari ketika dia dikeluarkan dari sel tahanan, yakni sekitar pukul 07:30 WIB, dan berlangsung hingga pukul 15:00 WIB. Dalam prosesnya, Novita dibantu tiga rekannya yang juga penghuni Lapas Kelas IIA Semarang. Karena Novita dipilih sebagai kapten, alur kegiatan produksi diatur olehnya.

Novita menjelaskan, dalam sehari, kegiatan produksi akan difokuskan untuk membuat satu jenis kue kering. “Saya targetkan satu macam kue kering itu tiga sampai empat kilo tepung,” ujar perempuan yang sudah tujuh tahun mendekam di Lapas Kelas IIA Semarang tersebut.
Semua bahan dan peralatan pembuatan kue telah disiapkan lapas. Novita dan rekan-rekannya hanya perlu melakukan produksi. “Di sini baking tidak hanya membuat kue kering saja, tapi macam-macam. Tapi khusus untuk Lebaran, kita khusus tidak berjualan apa-apa, tapi hanya menyiapkan kue kering,” ucap Novita.
Novita mengaku sudah hobi membuat kue jauh sebelum menjadi terpidana dan ditahan di Lapas Perempuan Kelas IIA Semarang. Dia mengatakan, hobinya tersebut muncul karena ibunya pernah membuka bisnis katering.
Dari setiap pesanan kue yang terjual, Novita dan rekan-rekannya akan memperoleh premi. Premi tersebut dapat digunakan untuk kebutuhannya di dalam lapas. "Kalau (premi dari penjualan) kue kering ya lumayan. Bisa lebih dari Rp 1 juta. Bisa dipakai untuk kebutuhan kita di sini," ucapnya.