Ahad 06 Apr 2025 23:10 WIB

Ajudan Kapolri Pukul Wartawan di Semarang: Kalian Pers, Saya Tempeleng Satu-Satu

Ajudan meminta para jurnalis dan humas mundur dengan cara mendorong cukup kasar.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Karta Raharja Ucu
Demo wartawan menentang kekerasan, ilustrasi
Foto: Antara
Demo wartawan menentang kekerasan, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Aliansi Jurnalis Independen (AJI) dan Pewarta Foto Indonesia (PFI) mengecam aksi kekerasan terhadap jurnalis yang diduga dilakukan ajudan Kapolri Jenderal Polisi Listyo Sigit. Peristiwa itu terjadi ketika Listyo tengah melakukan pemantauan arus balik di Stasiun Semarang Tawang, Jawa Tengah (Jateng), Sabtu (5/3/2025).

AJI dan PFI mengungkapkan, aksi kekerasan yang diduga dilakukan ajudan Kapolri bermula ketika para jurnalis tengah meliput Listyo yang sedang menyapa penumpang di dalam kereta. "Kala itu sejumlah jurnalis dan humas berbagai lembaga mengambil gambar dari jarak yang wajar. Namun, salah satu ajudan tersebut kemudian meminta para jurnalis dan humas mundur dengan cara mendorong dengan cukup kasar," ungkap AJI dan PFI Semarang dalam keterangannya, Ahad (6/4/2025).

Setelah itu, seorang pewarta foto Kantor Berita Antara, Makna Zaezar, menyingkir dari lokasi tersebut menuju sekitar peron. "Sesampainya di situ, ajudan tersebut menghampiri Makna kemudian melakukan kekerasan dengan cara memukul kepala Makna," kata AJI dan PFI Semarang.

"Usai pemukulan itu, ajudan tersebut terdengar mengeluarkan ancaman kepada beberapa jurnalis dengan mengatakan, 'kalian pers, saya tempeleng satu-satu'," tambah AJI dan PFI Semarang dalam pernyataannya.

Menurut AJI dan PFI Semarang, sejumlah jurnalis lain juga mengaku mengalami dorongan dan intimidasi fisik. Salah satunya bahkan sempat dicekik. "Tindakan tersebut menimbulkan trauma, rasa sakit hati, dan perasaan direndahkan bagi korban, serta keresahan di kalangan jurnalis lainnya yang merasa ruang kerja mereka tidak aman," kata AJI dan PFI.

AJI dan PFI menyatakan, aksi kekerasan yang diduga dilakukan ajudan Kapolri telah melanggar Pasal 18 ayat (1) Undang-Undang RI Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers. Mereka menegaskan, kekerasan terhadap jurnalis adalah ancaman terhadap kebebasan pers dan demokrasi.

AJI dan PFI Semarang menyatakan sikap:

1.⁠ ⁠Mengecam keras tindakan kekerasan oleh ajudan Kapolri kepada jurnalis dan segala bentuk penghalangan terhadap kerja jurnalistik.

2.⁠ ⁠Menuntut permintaan maaf terbuka dari pelaku kekerasan terhadap jurnalis.

3.⁠ ⁠Polri harus memberikan sanksi kepada anggota pelaku kekerasan terhadap jurnalis tersebut.

4.⁠ ⁠Polri harus mau belajar agar tak mengulangi kesalahan serupa.

5.⁠ ⁠Menyerukan kepada seluruh media, organisasi jurnalis, dan masyarakat sipil untuk turut mengawal kasus ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement