REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Kamran Dikarma
Perusahaan kereta api swasta Samarang-Joana Stoomtram Maatschappij (SJS) berperan penting dalam mengembangkan infrastruktur perkeretaapian di Kudus, Jawa Tengah. Pada akhir abad ke-19, SJS mengembangkan jaringan trem di Kota Kretek tersebut.
SJS, yang didirikan atas konsesi Pemerintah Hindia-Belanda, turut membangun jalur kereta dari Semarang menuju Joana, melintasi Demak, Kudus, dan Pati. Rute tersebut memiliki panjang 87,2 kilometer. Stasiun Kudus diresmikan bersamaan dengan pembukaan lintas Demak-Kudus pada 15 Maret 1884.
Stasiun pertama di Kudus, yang dikenal sebagai Stasiun Kliwon, hanya dibangun menggunakan kayu. Letaknya berdekatan dengan alun-alun dan Pabrik Gula Rendeng. Pemilihan lokasi Stasiun Kliwon merupakan strategi SJS untuk menghubungkan pusat produksi gula dengan pelabuhan ekspor.
Seiring pertumbuhan Kudus, jalur trem dan stasiun dipindahkan ke Wergu pada tahun 1919. Kali ini stasiun dibangun lebih megah, lengkap dengan kanopi besi berhias kaca berwarna. Hal itu menjadikannya salah satu stasiun paling modern pada masanya.
Masa kejayaan perkeretaapian di Kudus berlangsung selama beberapa dekade. Namun menjelang satu abad, kesibukan aktivitas perkeretaapian di sana mulai memudar. Di era 1980-an, industri perkeretaapian di Kudus terbenam dan akhirnya sepenuhnya berhenti.
Sejarah tentang perkeretaapian di Kudus masih diminati masyarakat. Hal itu mendorong PT KAI Daop 4 Semarang, bersama komunitas pecinta kereta api Indonesian Railways Preservation Society (IRPS), Kereta Anak Bangsa (KAB), Komunitas Cerita Kudus Kota, dan Lelana Walking Tour, melaksanakan kegiatan bertajuk "Telusuri Jejak Kereta Api di Kudus" pada Ahad (22/6/2025). Kegiatan tersebut diikuti 60 peserta dari berbagai kalangan.
Dalam kegiatan tersebut, para peserta melakukan napak tilas dan menyusuri rute sejauh dua kilometer, dimulai dari kawasan bekas Stasiun Kliwon (stasiun kereta api pertama di Kudus) ke arah Stasiun Kudus di kawasan Wergu. Sepanjang perjalanan, peserta diajak menyaksikan langsung sisa-sisa peninggalan bersejarah seperti jalur rel lama, bangunan-bangunan bekas operasional kereta api, perangkat persinyalan, serta jembatan besi peninggalan masa kolonial yang hingga kini masih berdiri kokoh.
Ketua IRPS Korwil Semarang, Bachtiar Yosanto, mengungkapkan, kegiatan napak tilas itu bertujuan memperkenalkan kepada masyarakat bahwa Kudus pernah menjadi bagian penting dalam sejarah transportasi kereta api di Jawa Tengah. "Banyak yang tidak tahu kalau dulu di sini ada jalur kereta api aktif, bahkan stasiun besar yang kini masih ada bekasnya," ujarnya.
Menurut Bachtiar, sisa-sisa industri dan aktivitas perkeretaapian di Kudus adalah aset sejarah yang layak diangkat kembali. "Baik sebagai bahan edukasi, wisata sejarah, maupun bagian dari identitas Kota Kudus," ucapnya.
Sementara itu Manager Humas KAI Daop 4 Semarang, Franoto Wibowo, mengungkapkan, kegiatan Telusuri Jejak Kereta Api di Kudus merupakan bagian dari komitmen perusahaannya untuk melestarikan sekaligus mengedukasi masyarakat mengenai sejarah panjang perkeretaapian di Tanah Air, khususnya di Kota Kudus.
"Banyak generasi muda maupun warga Kudus sendiri yang belum mengetahui bahwa daerah ini dulu memiliki jaringan kereta api trem yang cukup maju dan bahkan memiliki stasiun besar yang menjadi denyut transportasi dan perekonomian wilayah ini. Melalui kegiatan ini, kami ingin membuka kembali ingatan sejarah itu agar tidak hilang ditelan zaman," ungkap Franoto.
Dia berharap, kegiatan napak tilas semacam itu dapat menumbuhkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pelestarian situs sejarah perkeretaapian sebagai bagian dari warisan budaya bangsa. "Kami berharap kegiatan seperti ini bisa dilaksanakan berkala dan melibatkan lebih banyak pihak, termasuk pemerintah daerah dan generasi muda, agar sejarah panjang perkeretaapian Indonesia tetap hidup dan memberi manfaat bagi masyarakat luas," kata Franoto. ()
(Foto di Gudang Foto)