REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Kemantren Wirobrajan kembali menggelar acara budaya Babad Siti Kemantren #3 dengan mengangkat tema Metoda: 'Mengenal Tokoh Legenda'. Kegiatan ini berlangsung di Museum & Art Gallery Amri Yahya, Pakuncen, Wirobrajan, Yogyakarta, pada 31 Agustus-1 September 2025.
Tahun ini, acara dipersembahkan untuk mengenang Prof. Dr. (HC) Ki H. Amri Yahya, maestro seni rupa yang sepanjang hidupnya mendedikasikan karya dan gagasannya bagi perkembangan seni Indonesia.
Amri Yahya lahir pada 29 September 1939 di Ogan Ilir, Sumatera Selatan. Ia menempuh pendidikan di Akademi Seni Rupa Indonesia (1963) dan Universitas Negeri Yogyakarta (1971), serta memperdalam seni keramik dinding di Belanda pada 1979. Ia wafat pada 19 Desember 2004.
Dalam perjalanan kariernya, Amri mengabdikan diri sebagai guru besar di Universitas Negeri Yogyakarta dan Universitas Islam Indonesia, sekaligus aktif di berbagai forum internasional sebagai visiting professor dan juri kompetisi seni rupa.
Pada 1972, ia mendirikan Amri Art Gallery yang kemudian bangkit kembali pasca-kebakaran pada 2004, dengan nama Amri Museum & Art Gallery. Dikenal sebagai Pelopor Seni Lukis Batik, Amri menampilkan karya khasnya dalam berbagai pameran di Tanah Air maupun di lima benua, termasuk pameran tunggal di Eropa dan Timur Tengah. Lukisan-lukisannya telah menjadi bagian dari koleksi pribadi, koleksi pejabat negara, serta berbagai lembaga di berbagai belahan dunia.
Selain berkiprah di bidang seni, ia juga menggagas Jambore Seni di Benteng Vredeburg (1978) serta mendorong berdirinya Himpunan Senirupawan Indonesia (1979). Atas kontribusinya, Amri menerima sejumlah penghargaan bergengsi, antara lain gelar “Ki” dari Tamansiswa (1991) dan Doktor Honoris Causa dari UNY (2001). Namanya kini diabadikan sebagai nama jalan dan ruang publik di Yogyakarta, Palembang, serta Ogan Ilir.
Gaya lukis batiknya yang unik diabadikan melalui boneka peraga di Museon, Den Haag, Belanda. Pada tahun 2005, nama Amri Yahya juga resmi dijadikan nama ruas jalan yang terletak di depan Amri Museum & Art Gallery, Kampung Gampingan, Yogyakarta.
"Babad Siti Kemantren #3 bukan sekadar perayaan seni, melainkan upaya menjaga ingatan kolektif akan kiprah Prof. Dr. Ki Amri Yahya. Sosoknya membuktikan bahwa seni dapat menjadi medium pembelajaran, diplomasi budaya, sekaligus warisan abadi yang layak diteruskan lintas generasi," ujar Adwi Prasetya Yogananta, putra Amri Yahya, Ahad (31/8/2025).