Selasa 02 Sep 2025 14:37 WIB

Jaga Indonesia, Masyarakat NTT Diajak Perkuat Komunikasi dan Deteksi Dini

Generasi muda diajak menjaga kondusivitas daerah untuk mendukung pariwisata.

Deputi Bidang Pencegahan, Perlindungan, dan Deradikalisasi BNPT, Mayjen TNI Sudaryanto saat mengikuti kegiatan Dialog Kebangsaan Bersama Pemuda dalam Rangka Meningkatkan Toleransi dan Moderasi Beragama di Labuan Bajo, Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur, Rabu (27/8/2025).
Foto: dokpri
Deputi Bidang Pencegahan, Perlindungan, dan Deradikalisasi BNPT, Mayjen TNI Sudaryanto saat mengikuti kegiatan Dialog Kebangsaan Bersama Pemuda dalam Rangka Meningkatkan Toleransi dan Moderasi Beragama di Labuan Bajo, Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur, Rabu (27/8/2025).

REPUBLIKA.CO.ID, LABUAN BAJO -- Ancaman intoleransi hingga terorisme dinilai dapat melemahkan fondasi bangsa jika tidak dicegah sejak dini. Karena itu, seluruh elemen masyarakat diajak untuk menjaga persatuan dan memperkuat komunikasi melalui forum dialog kebangsaan untuk memecahkan berbagai masalah-masalah sosial kemasyarakat. Ini penting dalam melakukan pencegahan dini intoleransi, radikalisme, dan terorisme.

“Saya sangat mengapresiasi terselenggaranya Dialog Kebangsaan yang dihadiri lengkap oleh Forkopimda Kabupaten Manggarai Barat beserta tokoh masyarakat, adat, pemuda, dan elemen masyarakat lainnya,” ujar Deputi Bidang Pencegahan, Perlindungan, dan Deradikalisasi BNPT, Mayjen TNI Sudaryanto pada kegiatan Dialog Kebangsaan Bersama Pemuda dalam Rangka Meningkatkan Toleransi dan Moderasi Beragama di Labuan Bajo, Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur, Rabu (27/8/2025).

Mayjen Sudaryanto mengungkapkan bahwa kegiatan seperti ini sangat penting untuk memperkuat komunikasi dan mencegah terjadinya kesalahpahaman di tengah masyarakat.

“Kalau di Surabaya dulu saya menyebutnya cangkrukan. Setiap minggu kami berdialog dengan Forkopimda dan masyarakat agar komunikasi tidak lemah. Forum seperti ini bermanfaat sebagai wahana untuk menyelesaikan persoalan bersama," ungkap mantan Komandan Korem 084/Bhaskara Jaya Surabaya ini.

Menurutnya, meski Manggarai Barat relatif kondusif, dialog kebangsaan tetap diperlukan agar bibit-bibit masalah seperti intoleransi bisa diantisipasi sejak dini. 

“Kalau dibiarkan tumbuh, intoleransi bisa berkembang menjadi radikalisme, ekstremisme, hingga terorisme. Karena itu, sebelum membesar, harus kita hilangkan sejak awal," katanya.

Sudaryanto juga menyinggung sejarah lahirnya bangsa Indonesia yang dibangun atas dasar persatuan dalam perbedaan. Para pendiri bangsa yang tergabung dalam Jong Java, Jong Celebes, Jong Sumatera, Jong Ambon, dan organisasi kepemudaan lainnya sepakat memilih Pancasila dan Burung Garuda sebagai lambang persatuan.

“Namun, kini perbedaan agama atau suku sering dijadikan masalah. Padahal, persatuan dan kesatuan adalah kunci agar bangsa ini kuat," jelasnya.

Ia mengingatkan bahwa isu terorisme sering disusupkan pihak luar dengan menyasar generasi muda sebagai target utama. “Pemerintah menargetkan Indonesia pada 2045 masuk lima besar ekonomi dunia. Tapi ada pihak yang tidak senang dengan kemajuan itu. Karena itu, pemuda harus kita jaga, karena merekalah penerus yang kelak menggantikan para pemimpin daerah dan nasional,” ucapnya.

Dalam kesempatan itu, ia juga mengajak ormas dan tokoh agama berperan sebagai jembatan antara masyarakat dan pemerintah, menjadi penyeimbang sekaligus memberi kontribusi yang konstruktif.

“Terima kasih atas kehadiran semua pihak dalam dialog ini. Semoga forum ini menjadi sarana strategis untuk saling berkomunikasi, bertukar pikiran, dan menghasilkan kesepahaman sesuai dengan nilai-nilai Pancasila dalam bingkai NKRI,” pungkasnya.

Pada kesempatan yang sama, Wakil Bupati Manggarai Barat, dr Yulianus Weng mengajak seluruh elemen masyarakat, khususnya generasi muda, untuk menjaga kondusivitas daerah dalam mendukung perkembangan pariwisata. 

Menurutnya, Labuan Bajo yang kini menjadi destinasi prioritas wisata dunia membutuhkan suasana aman dan nyaman bagi wisatawan. “Rasa aman bukan hanya tugas aparat keamanan, tetapi juga tanggung jawab kita semua. Pemuda adalah tulang punggung bangsa, sebagaimana pesan Bung Karno: beri aku sepuluh pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia," kata Yulianus.

Ia menambahkan, situasi Manggarai Barat saat ini relatif kondusif berkat sinergi tokoh agama, masyarakat, dan Forkopimda. Ia juga menekankan pentingnya toleransi yang sudah lama hidup di Manggarai Barat. Dalam perayaan besar keagamaan, pengamanan tidak hanya dilakukan aparat, tetapi juga melibatkan pemuda lintas agama. 

"Ketika Natal atau Paskah, Banser dan remaja masjid ikut menjaga. Begitu pula saat Idulfitri, anak-anak muda Katolik dan Kristen juga turut mengamankan. Inilah wajah kerukunan kita," ungkapnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement