Senin 17 Nov 2025 12:29 WIB

Korban Longsor Banjarnegara: 2 Tewas, 49 Terisolasi, 600 Mengungsi

Untuk sementara korban jiwa yang teridentifikasi dua orang, laki-laki dan perempuan.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Karta Raharja Ucu
Tim SAR gabungan melakukan pencarian korban longsor menggunakan ekskavator pada hari keempat operasi pencarian di Desa Cibeunying, Majenang, CIlacap, Ahad (16/11/2025). Petugas menambah jumlah ekskavator dari 10 unit menjadi 21 unit pada hari keempat, untuk mempercepat proses pencarian korban akibat terkendala faktor cuaca dan ketebalan material longsor yang mencapai kedalaman lebih dari 10 meter.
Foto: ANTARA FOTO/Idhad Zakaria
Tim SAR gabungan melakukan pencarian korban longsor menggunakan ekskavator pada hari keempat operasi pencarian di Desa Cibeunying, Majenang, CIlacap, Ahad (16/11/2025). Petugas menambah jumlah ekskavator dari 10 unit menjadi 21 unit pada hari keempat, untuk mempercepat proses pencarian korban akibat terkendala faktor cuaca dan ketebalan material longsor yang mencapai kedalaman lebih dari 10 meter.

REPUBLIKA.CO.ID, BANJARNEGARA -- Bencana tanah longsor di Dusun Situkung, Desa Pandanarum, Kecamatan Pandanarum, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah (Jateng), menyebabkan lebih dari 600 orang mengungsi. Dua warga dilaporkan tewas dan 49 lainnya terisolasi di hutan. 

Kepala BPBD Provinsi Jateng, Bergas Catursasi Penanggungan, mengungkapkan, setidaknya 30 rumah terdampak longsor di Dusun Situkung yang terjadi pada Sabtu (15/11/2025). "Total pengungsi 600-an sekian, yang ada di hutan 49 orang," ucapnya ketika dihubungi Republika, Senin (17/11/2025). 

Baca Juga

Dia menambahkan, setidaknya sudah terdapat dua warga yang dilaporkan tewas. "Untuk sementara korban jiwa yang teridentifikasi dua orang, laki-laki dan perempuan," ujar Bergas. 

Menurut Bergas, saat ini para otoritas terkait sedang melalukan pencocokan data di lapangan. Hal itu guna mengecek apakah ada warga yang hilang akibat longsor. 

Sementara terkait 49 warga yang terisolasi di hutan, Bergas mengatakan, sudah ada personel tim SAR yang mendampingi mereka. "Pada saat kejadian, mereka mungkin posisi berada di ladang, di perkebunan; saat longsor terjadi, mereka langsung bergeser naik ke hutan. Sejak semalam mereka sudah didampingi oleh tim Basarnas dan tim SAR relawan," ucap Bergas. 

Menurut Bergas, pada Ahad (16/11/2025) malam, tim SAR sudah hendak mengevakuasi ke-49 warga yang terisolasi di hutan. Namun karena jalur evakuasi masih berisiko plus harus melewati punggung gunung serta sungai, hal tersebut diurungkan. "Lebih baik bertahan sampai kondisi dan cuaca cerah. Nah pagi ini mereka infonya mulai bergeser," kata Bergas. 

Dia menambahkan, saat ini setidaknya sudah terdapat tiga posko pengungsian warga di Desa Pandanarum. Pasokan logistik untuk warga yang mengungsi sudah dikirim oleh berbagai pihak, mulai dari PMI, BPBD, Dinas Sosial, dan lainnya. "Sementara ini tidak ada keluhan terkait logistik," ucapnya. 

Bergas menerangkan, longsor di Desa Pandanarum terjadi akibat hujan lebat. Menurut informasi yang diperolehnya dari warga, di bukit tempat terjadinya longsor pun terdapat sumber mata air.

"Selain hujan intensitas tinggi dan durasi cukup lama, di atas itu ada mata air cukup besar. Ini mengkhawatirkan kalau mata air itu tidak mengalir dengan lancar atau terbendung, misalnya. Jadi longsoran sedikit, terbendung alirannya, ada longsoran sedikit lagi, terbendung lagi, akhirnya bisa menjadi kubangan," kata Bergas. Menurut Bergas, hal itu turut berpotensi memicu longsor.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement