REPUBLIKA.CO.ID, SURAKARTA -- Anggota Komisi VII DPR RI Muhammad Hatta berharap jangan ada dualisme kepemimpinan di Keraton Surakarta, Jawa Tengah. Dia berharap siapa raja di keraton bisa dibicarakan secara bijak dan arif.
"Saling legawa, jangan sampai ada dualisme lagi seperti yang lalu. Jadi semua masalah dimusyawarahkan bersama. Keputusan tertinggi dalam bangsa ini musyawarah, ya," katanya saat kunjungan kerja panja standardisasi desa wisata Komisi VII DPR RI di Desa Wisata Wanurejo, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.
"Jangan sampai ada dualisme lagi seperti dulu. Yang mengaku raja baru, sedangkan memang ada putra mahkota. Saya kira ini dibicarakan secara bijak dan arif, sebagai pewaris Keraton Surakarta," katanya.
Ia menyampaikan tentang hal yang penting yakni menjunjung tinggi asas kebersamaan. "Sebagai warga Solo itu senang, adem ayem, tidak sampai terjadi dualisme. Saya kira itu. Apapun, itu kan aset bangsa," katanya.
Hatta mencontohkan kepemimpinan di Keraton Yogyakarta. Menurut dia, Keraton Surakarta bisa mengikuti jejak di Keraton Yogyakarta sudah bagus seperti itu dengan suksesi juga adem ayem.
"Jangan sampai Solo yang lebih tua memberikan contoh yang kurang baik. Jangan sampai itu menjadi titik kulminasi negara, sehingga negara merasa Solo kok enggak bisa akur, akhirnya negara ikut-ikutan masuk ke dalam itu, ngatur-ngatur Solo, itu tidak kita harapkan," katanya.