Kamis 20 Nov 2025 19:11 WIB

DPR Harap tak Ada Raja Kembar di Keraton Surakarta

Keraton Surakarta diharapkan bisa meniru kepemimpinan di Keraton Yogyakarta.

Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Anom (KGPAA) Hamangkunegoro Sudibyo Rajaputra Narendra Mataram atau Gusti Purbaya (tengah) melambaikan tangan saat kirab usai Jumenengan Dalem Nata Bhinayangkare atau upacara penobatan raja baru bergelar atau Sampeyan Dalem Ingkang Sinuhun Kanjeng Susuhunan (SISKS) Pakubowono XIV di Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, Solo, Jawa Tengah, Sabtu (15/11/2025). Upacara adat tersebut digelar untuk mengumumkan Hamangkunegoro sebagai pewaris tahta Keraton Surakarta Hadiningrat menggantikan ayahnya, Pakubuwana XIII yang wafat Ahad (2/11/2025).
Foto: ANTARAFOTO/Maulana Surya
Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Anom (KGPAA) Hamangkunegoro Sudibyo Rajaputra Narendra Mataram atau Gusti Purbaya (tengah) melambaikan tangan saat kirab usai Jumenengan Dalem Nata Bhinayangkare atau upacara penobatan raja baru bergelar atau Sampeyan Dalem Ingkang Sinuhun Kanjeng Susuhunan (SISKS) Pakubowono XIV di Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, Solo, Jawa Tengah, Sabtu (15/11/2025). Upacara adat tersebut digelar untuk mengumumkan Hamangkunegoro sebagai pewaris tahta Keraton Surakarta Hadiningrat menggantikan ayahnya, Pakubuwana XIII yang wafat Ahad (2/11/2025).

REPUBLIKA.CO.ID, SURAKARTA -- Anggota Komisi VII DPR RI Muhammad Hatta berharap jangan ada dualisme kepemimpinan di Keraton Surakarta, Jawa Tengah. Dia berharap siapa raja di keraton bisa dibicarakan secara bijak dan arif.

"Saling legawa, jangan sampai ada dualisme lagi seperti yang lalu. Jadi semua masalah dimusyawarahkan bersama. Keputusan tertinggi dalam bangsa ini musyawarah, ya," katanya saat kunjungan kerja panja standardisasi desa wisata Komisi VII DPR RI di Desa Wisata Wanurejo, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.

Baca Juga

"Jangan sampai ada dualisme lagi seperti dulu. Yang mengaku raja baru, sedangkan memang ada putra mahkota. Saya kira ini dibicarakan secara bijak dan arif, sebagai pewaris Keraton Surakarta," katanya.

Ia menyampaikan tentang hal yang penting yakni menjunjung tinggi asas kebersamaan. "Sebagai warga Solo itu senang, adem ayem, tidak sampai terjadi dualisme. Saya kira itu. Apapun, itu kan aset bangsa," katanya.

Hatta mencontohkan kepemimpinan di Keraton Yogyakarta. Menurut dia, Keraton Surakarta bisa mengikuti jejak di Keraton Yogyakarta sudah bagus seperti itu dengan suksesi juga adem ayem.

"Jangan sampai Solo yang lebih tua memberikan contoh yang kurang baik. Jangan sampai itu menjadi titik kulminasi negara, sehingga negara merasa Solo kok enggak bisa akur, akhirnya negara ikut-ikutan masuk ke dalam itu, ngatur-ngatur Solo, itu tidak kita harapkan," katanya.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement