REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Bupati Sleman, Kustini Purnomo mengatakan, angka stunting di Sleman terus turun tiga tahun terakhir. Pada 2018, prevalensi stunting 11 persen, pada 2019 turun menjadi 8,38 persen dan pada 2020 turun lagi menjadi 7,24 persen.
"Meskipun terus mengalami penurunan kita tidak boleh lengah dalam mengatasi stunting," kata Kustini saat membuka Rembuk Stunting Kabupaten Sleman 2021, Kamis (25/3)
Ia berpendapat, kegiatan seperti ini merupakan langkah sangat strategis dalam menciptakan generasi penerus unggul dan berkualitas. Sebab, usaha mencetak dan mempersiapkan generasi berkualitas tidak mudah, butuh sinergitas semua elemen.
Kustini menilai, Rembuk Stunting bertujuan menyampaikan hasil-hasil analisis situasi dan rencana intervensi penurunan stunting kabupaten agar terintegrasi. Sekaligus, mendeklarasi komitmen pemerintah daerah dan menyepakati strategi.
"Penyelenggaraan Rembuk Stunting dalam jangka pendek diharapkan menghasilkan komitmen penurunan stunting yang ditandatangani oleh sejumlah pihak terkait," ujar Kustini.
Senada, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman, Joko Hastaryo menambahkan, upaya-upaya pencegahan stunting merupakan prioritas dalam pembangunan suatu daerah. Baik pembangunan secara umum maupun pembangunan secara kesehatan.
"Maka, diperlukan komitmen dari semua sektor terkait karena stunting bukanlah permasalahan kesehatan semata, namun juga disebabkan berbagai faktor seperti kualitas pangan dan kesalahan pola asuh," ujar Joko, menekankan.
Pada kesempatan itu, dilakukan penandatanganan Komitmen Penanggulangan Stunting Terintegrasi. Ada tiga poin mulai optimalisasi peran pemangku kebijakan, aksi konvergensi penurunan stunting, dan kampanye perubahan perilaku menjadi PHBS.