REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Universitas Islam Indonesia (UII) baru saja mengaktifkan Shelter Covid UII. Sekda Sleman, DIY, Harda Kiswaya, mendorong kampus-kampus lain di Sleman turut mengaktifkan shelter-shelter isolasi covid sebelum tatap muka dimulai.
Harda merasa cukup optimistis untuk perguruan tinggi. Apalagi, jika kampus-kampus mampu mengaktifkan shelter-shelter untuk isolasi pasien-pasien covid, akan sekaligus mengurangi okupansi di rumah sakit atau shelter yang sudah ada.
Namun, ia mengaku, masih memikirkan cara-cara mencegah kerumunan terjadi jika tatap muka dilakukan sekolah dasar (SD) mengingat cukup sulit mengatur anak-anak. Walaupun, Harda menekankan, secara sarana dan prasarana sudah disiapkan.
"Sudah, rencana mau kita undang semua civitas akademik di Sleman, itu sebagai salah satu dari syarat-syarat mengatasi kerumunan," kata Harda, Senin (14/6).
Harda berharap, kehadiran Shelter Covid UII bisa menjadi satu contoh gerakan mengatasi pandemi melalui kolaborasi pemerintah dan perguruan tinggi. Sehingga, sinergi dapat ditularkan kepada masyarakat untuk sama-sama mengatasi pandemi.
Terlebih, lanjut Harda, pasien-pasien yang nantinya menempati Shelter Covid UII untuk menjalani isolasi tidak dipungut biaya. Sebab, biaya ditanggung UII, yang juga dibantu APBD dari Pemkab Sleman dan gerakan kemanusiaan seperti Sonjo.
"Saya minta Dinkes Sleman selalu berkoordinasi dengan UII dalam operasionalnya Shelter Covid UII, agar betul-betul tidak ada masalah di lapangan, semoga ini bisa jadi amal jariyah UII dan semua yang membantu mewujudkan ini," ujar Harda.
Inisiator Sonjo, Rimawan Pradiptyo menuturkan, mereka justru mendorong setiap padukuhan atau pesantren dapat mengaktifkan pula shelter isolasi covid. Sebab, belajar dari Desember 2020, begitu sulit ketika pasien positif melonjak masif.
Bahkan, katanya, kala itu sempat terjadi antrian-antrian sampai puluhan orang untuk bisa masuk menjalani isolasi di rumah sakit. Karenanya, saat itu lahir Sonjo Relawan yang sebenarnya diinisiasi rekan-rekan tenaga kesehatan.
Ia menekankan, dalam menghadapi pandemi covid ini semua harus bisa memberikan kontribusi. Rimawan mengingatkan, masalah sudah ada di depan mata, jadi tidak bisa lagi saling berpangku tangan dan semua harus gotong royong mengatasinya.
"Sebab, bagi kami ini perang total melawan covid, musuh yang tidak kelihatan dan untuk menghadapi kita semua harus kembali ke kedisiplinan," kata dia.