REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Universitas 'Aisyiyah Yogyakarta (Unisa) Yogyakarta kembali mengaktifkan shelter untuk penanganan Covid-19. Ketua Satgas Penanganan Covid-19 Unisa Yogyakarta, Fitria Siswi Utami mengatakan, shelter ini diaktifkan merespons lonjakan kasus yang terjadi di DIY.
Pasalnya, kasus terkonfirmasi positif Covid-19 di DIY mengalami lonjakan yang bahkan di atas 500-600 kasus per harinya. Sehingga, membuat keterisian tempat tidur (bed occupancy rate/BOR) di rumah sakit rujukan penanganan Covid-19 juga naik dalam sepekan ini.
"Shelter Unisa Yogyakarta dibuka kembali sebagai bentuk kesiapsiagaan merespons adanya lonjakan kasus positif," kata Fitria.
Ia menyebut, shelter ini diaktifkan kembali untuk kebutuhan ruang isolasi khusus (RIK). Shelter ini merupakan asrama Unisa Yogyakarta yang memiliki kapasitas sebanyak 50 kamar.
"Fasilitas di antaranya ada ambulance 24 jam, pendamping psikolog, dan berbagai macam infrastruktur pendukung isolasi mandiri lainnya," ujar Fitria.
Operasional shelter sendiri dikelola bersama dengan Majelis Pembina Kesehatan Umum (MPKU) Muhammadiyah, LazisMu, Muhammadiyah Covid-19 Command Center (MCCC), Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping, dan Pemerintah Kabupaten Sleman.
Rektor Unisa Yogyakarta, Warsiti mengatakan, pihaknya juga sudah menyediakan tenaga relawan medis dan non medis, serta sarana prasarana untuk mendukung fungsi shelter. Penggunaan asrama sebagai shelter, katanya, juga untuk merespons adanya rencana penyelenggaraan perkuliahan offline.
"Keberadaan shelter ini tidak hanya dikhususkan untuk civitas internal, tapi dibuka juga untuk masyarakat umum yang membutuhkan fasilitas RIK," katanya.
Seperti diketahui, BOR rumah sakit rujukan di DIY terus meningkat, termasuk di Kota Yogyakarta yang sudah cukup tinggi. Walaupun diklaim masih mencukupi, Ketua Satgas Harian Covid-19 Kota Yogyakarta, Heroe Poerwadi mengatakan, per 18 Juni BOR ICU (critical) sudah terisi 85 persen.
Sedangkan, untuk BOR isolasi (non critical) sudah terisi 69 persen. Untuk shelter penanganan Covid-19 juga sudah terisi 84 persen dengan 12 kamar masih dalam perbaikan.
"Saat ini masih tercukupi (BOR), meskipun sudah cukup mengkhawatirkan. Sebab Kota Yogyakarta sebagai ibu kota provinsi yang banyak rumah sakitnya menjadi rujukan dari kabupaten-kabupaten lainnya. Maka otomatis akan menanggung lonjakan dari daerah sekitar, Kota Yogya ada delapan rumah sakit yang menjadi rawat inap bagi Covid-19," jelas Heroe yang juga Wakil Wali Kota Yogyakarta tersebut.