REPUBLIKA.CO.ID,SOLO -- Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) membangun rumah sakit (RS) pendidikan yang berkonsep bangunan hijau (green building) di Jl Adisucipto, Solo, Jawa Tengah. Peletakan batu pertama Rumah Sakit UMS ditandai dengan pengeboran tanah yang dilakukan oleh Rektor UMS, Sofyan Anif, Sabtu (3/7).
Koordinator tim perencana, tim teknis lelang dan tim pengawas proyek RS UMS, Muhammad Siam Priyono Nugroho, mengatakan, pembangunan RS UMS untuk memenuhi kewajiban Undang-Undang Pendidikan Kedokteran yang mewajibkan setiap Fakultas Kedokteran memiliki rumah sakit pendidikan.
"UMS harus punya rumah sakit sendiri yang nantinya lebih banyak fokus di pendidikan dan pengembangan riset," kata Priyono kepada wartawan di acara tersebut.
Dia menjelaskan, pembangunan RS UMS terletak di atas lahan seluas 5.000 meter persegi. Nantinya bangunan terdiri dari dua blok yakni blok A dan B yang masing-masing tingginya lima lantai. Biaya pembangunan sekitar Rp 130 miliar hanya untuk bangunan fisik. Waktu pembangunan ditargetkan selesai dalam 365 hari atau satu tahun.
"Dan yang cukup spesial ini kami desain dengan pendekatan bangunan hijau atau green building. Jadi ini adalah satu upaya kami untuk merencanakan, membangun, mengoperasionalkan dan memelihara bangunan dengan pendekatan yang lebih ramah lingkungan," ungkapnya.
Priyono menerangkan, salah satu fokus green building yakni mengefisienkan energi. Nantinya, RS UMS bakal memakai teknologi lift yang hemat energi, lampu hemat energi, serta pendingin ruangan (AC) hemat energi. Selain itu, kaca-kaca di dinding juga dipilih yang high performance supaya meredam panas ke dalam bangunan sehingga pendingin ruangan tidak berat bekerjanya alias lebih hemat energi.
Selanjutnya, meski lahannya sangat terbatas tetapi UMS mengupayakan ruang terbuka hijau (RTH) di rumah sakit memenuhi syarat. Kemudian, ada sistem sirkulasi air bekas yang didaur ulang untuk menyirami tanaman.
"Kami harapkan biaya operasional lebih efisien. Jadi memang di awal agak mahal tapi nanti operational cost-nya akan lebih murah ke depan," imbuhnya.
Priyono menambahkan, selama proses pembangunan, UMS akan mempersiapkan untuk mengatur manajemennya sejak awal. Sehingga ketika nanti selesai dibangun, RS UMS segera bisa dibuka untuk praktik mahasiswa Fakultas Kedokteran serta melayani masyarakat umum.
Pada saat awal pembukaan nantinya RS UMS bertipe D dengan memiliki kapasitas 50 tempat tidur pasien (bed). Selanjutnya, manajemen akan mengembangkan RS UMS menjadi tipe C dengan kapasitas 200 tempat tidur pasien.
Dari sisi layanan, menurutnya hampir sama seperti layaknya rumah sakit, misalnya instalasi gawat darurat (IGD), rawat jalan dengan sembilan polikinlik, rawat inap, intensive care seperti ICU, ICCU, NICU dan PICU, serta diagnostic care seperti radiologi, laboratorium, dan sebagainya. Selain itu, terdapat instalasi bedah sentral dan ruang isolasi.
Sementara itu, dalam sambutannya, Rektor UMS, Sofyan Anif, mengatakan, pembangunan RS UMS tidaak hanya sekadar melengkapi persyaratan dalam memiliki Fakultas Kedokteran, melainkan UMS ingin ikut memberikan kontribusi dalam memperkuat pelayanan kesehatan di Solo Raya, Jawa Tengah, dan Indonesia pada umumnya.
Muhammadiyah, kata Sofyan Anif, memiliki keunggulan kompetitif dibandingkan organisasi kemasyarakatan lainnya, terutama dalam pengelolaan amal usaha yakni bidang peniddikan, serta kesehatan dan pelayanan sosial pada umumnya.
"Rumah sakit ini memang nantinya akan kami jadikan tidak hanya pusat layanan kesehatan tapi sekaligus pusat pengembangan akademik dalam bidnag ilmu kedokteran. Sehingga UMS yang memiliki Fakultas Kedokteran tidak hanya konteks pengembangan teori konsep tapi pengembangan akademikd difokuskan pada skill dan pengembangan keprofesionalan ada di rumah sakit ini," papar Guru Besar bidang Manajemen Pendidikan UMS tersebut.
Rektor berharap keberadan RS UMS akan memberikan keunggulan yang lebih pada Fakultas Kedokteran UMS. Selama ini, Fakultas Kedokteran UMS bermitra dengan rumah sakit lain. Namun, dengan adanya rumah sakit sendiri akan memberikan dorongan dan motivasi lebih besar kepada mahasiswa dan dosen. Sehingga, diharapkan berpengaruh pada peningkatan skill mahasiswa lulusan UMS.
"Harapan kami supaya proses pembangunan berjalan lancar meskipun dalam suasana pandemi Covid-19 tidak akan mempengaruhi proses pembangunan. Mudah-mudahan selesai tempat pada waktunya," pungkas Sofyan Anif.
Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, menyatakan, di tengah pandemi Covid-19 ini rumah sakit dirindu dan ditunggu masyarakat untuk membantu merespons lonjakan Covid-19.
"Kami berharap keberadaan RS UMS ini nantinya bisa segera bekerja sama dan membantu pemerintah dalam menyediakan fasilitas kesehatan," ucap Ganjar yang hadir secara virtual di acara tersebut.
Sementara itu, Wakil Rektor II UMS, Muhammad Da'i, mengatakan, pembangunan RS UMS sudah direncakan sejak enam tahun lalu. Pembangunan RS UMS yang berkonsep green hospital tersebut diharapkan menjadi tempat untuk belajar mahasiswa FK UMS sekaligus sebagai pusat layanan kesehatan bagi masyarakat yang memerlukan.
"Pembangunan RS UMS juga menjadi salah satu sarana mewujudkan visi UMS sebagai pusat pendidikan dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya di bidang kedokteran," kata Muhammad Da'i.