REPUBLIKA.CO.ID,SIDOARJO -- Komunitas River Warrior, PoskoKKLuLa (Pos Koordinasi Keselamatan Korban Lumpur Lapindo), dan Brigade Evakuasi Popok (BEP) melakukan ekspedisi menyusuri sungai-sungai di Sidoarjo, akhir pekan lalu. Pada kegiatan ini, tim ekspedisi menyoroti aktivitas tiga pabrik kertas daur ulang.
Koordinator BEP, Azis mengungkapkan, pabrik-pabrik tersebut diduga telah membuang limbah cair yang berpotensi mencemari Kali Porong. Limbah tersebut berbau menyengat dan berwarna putih pekat. "Ini berpotensi mencemari Kali Porong," katanya.
Azis menjelaskan, TDS (total dissolved solid) atau kandungan ion terlarut limbah cair ketiga perusahaan sekitar 1.500 ppm. Bahkan, angka ini di atas TDS Kali Porong yang tercatat besarannya 323 PPM. Menurut Azis, jumlah ini menunjukkan tidak beroperasinya unit pengolah limbah cair yang optimal sehingga menyebabkan air kali Porong keruh.
Lemahnya pengawasan ketaatan industri membuat pabrik membuang limbah cair yang mencemari sungai. Berdasarkan situasi ini, Azis menilai, perlunya upaya pengawasan berupa patroli sungai untuk memantau buangan limbah cair pabrik kertas yang dibuang. Jika ini tidak dikendalikan, maka akan membawa dampak penurunan kualitas air Kali Porong.
"Padahal di hilir ada ribuan hektar petani tambak udang dan bandeng di Sidoarjo yang memanfaatkan air Kali Porong sebagai media budidaya tambak," ungkapnya saat dikonfirmasi Republika, Senin (5/7).
Koordinataor PoskoKKLuLa, Bambang Catur Nusantara mengaku, khawatir apabila polutan yang tinggi masuk ke dalam rantai makanan. Situasi tersebut dapat membahayakan kesehatan masyarakat jika mengkonsumsinya dalam waktu panjang. Bambang berharap perusahaan-perusahaan di sepanjang Kali Porong untuk lebih sungguh-sungguh memantau kualitas limbah industri sebelum digelontorkan ke Sungai Porong.
Catur yang juga Dewan Nasional WALHI ini mendesak pemprov Jawa Timur dan Jasa Tirta untuk melakukan pemantauan kualitas air secara berkala. Hal ini terutama pada titik yang lebih banyak di sepanjang Kali Porong. Kemudian juga pada outlet perusahaan yang membuang limbah ke sungai sehingga muara sungai mendapat endapan.
Selain temuan limbah cair pabrik, tim juga menemukan timbulan sampah di beberapa titik. Koordinator River Warrior, Aeshnina Azilan Aqilani mengatakan, timnya menemukan 856 pohon-pohon di tepian Kali porong yang terbungkus dengan sampah plastik. "Seperti saset sampo, tas kresek, popok dan food packaging (bungkus makanan)," ungkap Aeshnina.
Komunitas menemukan timbulan sampah rumah tangga di kanal Mangetan dan Kali Porong. Menurut Aeshina, kondisi ini dapat terjadi lantaran tidak tersedianya tempat sampah yang memadai. Hal ini membuat masyarakat terpaksa membuang sampahnya ke sungai.
Aeshina berpendapat, temuan sampah plastik di Kali porong dan kanal Mangetan disebabkan oleh kelalaian Pemkab Sidoarjo. Pemerintah tidak memberikan pelayanan sampah rumah tangga secara maksimal. Dalam hal ini seperti tidak menyediakan tempat sampah sehingga banyak masyarakat membuang sampahnya ke sungai.
Di samping itu, pemkab juga harus membuat peraturan pelarangan penggunaan plastik sekali pakai. Hal ini penting karena sampah plastik menjadi momok bagi lingkungan dan perairan. Apalagi, sekitar 52 persen sampah yang ada di sungai berbahan plastik.