Selasa 13 Jul 2021 19:03 WIB

Jawa Tengah Bahas Lima Alternatif Pemenuhan Oksigen Medis

Pemprov Jawa Tengah terus berupaya mencari jalan keluar.

Rep: Bowo Pribadi/ Red: Muhammad Fakhruddin
Jawa Tengah Bahas Lima Alternatif Pemenuhan Oksigen Medis (ilustrasi).
Foto: ANTARA FOTO/IDHAD ZAKARIA
Jawa Tengah Bahas Lima Alternatif Pemenuhan Oksigen Medis (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID,SEMARANG -- Menyikapi tingginya lonjakan kebutuhan oksigen, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Tengah terus berupaya melakukan berbagai upaya, guna meminimalkan persoalan di lapangan.

Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo megatakan, Pemprov Jawa Tengah terus berupaya mencari jalan keluar guna menutup kekurangan pasokan oksigen bagi penanganan Covid-19 di daerahnya.

“Berbagai alternatif cara untuk mempercepat penambahan suplai serta distribusi oksigen pun telah diambil dengan mengedepankan situasi kedaruratan,” ungkapnya, usai memimpin Rakor Ketersediaan Oksigen Medis, di kantor Gubernur Jawa Tengah, Selasa (13/7).

Dalam rakor tersebut, jelasnya, telah dibahas lima alternatif untuk menjamin keandalan pasokan oksigen medis.

Baik dari sisi teknis distribusi yang terkendala akses rumah sakit, konversi oksigen industri ke kesehatan, penghematan oksigen oleh rumah sakit, instalasi oksigen generator hingga penggabungan perusahaan suplier oksigen.

Terkait dengan konversi oksigen industri ke kesehatan, gubernur mengaku sudah mencoba meminta melalui Pemerintah Pusat. “Mbok dikonversi, yang dari industri ke kesehatan agar kekurangan saat ini bisa terpenuhi,” jelasnya.

Masalah lainnya juga terkait dengan teknis pengiriman. Sebab seringkali transporter atau pengangkut oksigen isotank yang berukuran besar tidak bisa masuk ke dalam lingkungan rumah sakit.

Karena armada transporter memang ukurannya cukup besar, sementara rata- rata rumah sakit tidak menyiapkan akses masuk yang lebih lebar untuk kebutuhan tersebut.

Apakah terhambat gapura atau pagar rumah sakit dan sebagainya. “Maka saya bilang, kalua persoalannya seperti, dirobohkan saja gapuranya. Ini kita kan sudahngomong persoalan darurat,” tegasnya.

Lalu, masih kata gubernur, penggunaan oksigen generator di rumah sakit menjadi opsi yang menarik dibahas. Sebab dengan begitu, rumah sakit bisa memproduksi oksigennya sendiri.

Namun hal itu diakuinya memang tidak tidak bisa instan karena peralihan ke oksigen generator akan membutuhkan waktu guna menyiapkan instalasinya.

Alternatif lainnya, penghematan oksigen di rumah sakit. Caranya dengan mengganti alat dari High Flow Nasal Cannula (HFNC) ke Continuous Positive Airway Pressure (CPAP) yang aliran oksigennya tidak terlalu tinggi.

Selain itu, harganya juga relatif terjangkau dan itu sudah dipraktekkan di rumah sakit Moewardi, Solo. Maka tadi sudah disampaikan kepada Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia, apakah setuju –minimal-- dari sisi penghematannya.

“Jadi gerakannya di hulu kita mencari, transporternya aman, rumah sakit bisa berhemat, tapi ini sustainable. Sehingga kemudian stok yang ada di rumah sakit itu mencukupi untuk mengcover kebutuhan pasien,” tandasnya.

Gubernur juga berencana menggabungkan kelola perusahaan supplier dengan distributor oksigen di masa darurat ini. Sehingga pelaksanaannya bisa terbuka dan lebih cepat mengatasi ketersediaan oksigen ini.

“Perusahaan- perusahaan supplier yang ada, distributor yang ada kita mau gabungkan agar punya MoU sehingga menjadi open akses. Kalau nggak kan nanti sendiri- sendiri dan itu tidak bisa dalam kondisi darurat seperti sekarang,” lajutnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement