REPUBLIKA.CO.ID,KULON PROGO -- Pemerintah Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, akan berupaya mempercepat realisasi pembangunan jalur Bedah Menoreh sebagai kawasan strategis penyangga Proyek Strategis Nasional Bandara Internasional Yogyakarta dan KSPN Borobudur.
Bupati Kulon Progo Sutedjo mengatakan pembangunan Bedah Menoreh ini akan mendongkrak ekonomi masyarakat di kawasan utara, seiring tumbuhkan kawasan wisata berbasis alam dan budaya, serta keindahan alam Perbukitan Menoreh.
"Bedah Menoreh ini akan membedah potensi di kawasan utara mulai ekonomi, pariwisata, sosial dan budaya," kata Sutedjo, Jumat (6/8).
Ia mengatakan Bedah Menoreh ini diproyeksikan akan mendongkrak ekonomi masyarakat dan perkembangan wilayah utara. Saat ini, potensi di kawasan Bukit Menoreh sangat luar biasa, namun belum dikembangkan secara optimal karena keterbatasan anggaran Pemkab Kulon Progo.
"Kami berharap Bedah Menoreh ini mampu mampu mendongkrak potensi sepanjang kawasan Bukit Menoreh, sehingga dapat berkembang pesat. Harapannya, pertumbuhan ekonomi akan berkembangdengan sendiri," katanya.
Sementara itu, Pelaksana Harian Sekda Kulon Progo Bambang Tri Budi Harsono mengatakan program Bedah Menoreh dalam rangka mensikapi Proyek Strategis Nasional pembangunan Bandara Internasional Yogyakarta, dan KSPN Borobudur. Pengembangannya ada di kawasan Perbukitan Menoreh, di mana banyak potensi destinasi wisata yang bisa dikembangkan.
Ia mengatakan nomenklatur Bedah Menoreh khusus di Kulon Progo karena nomenklatur di Pemerintah Pusat berbunyi Yogyakarta Internasional Airport atau Bandara Internasional Yogyakarta (YIA) - Borobudur. Kemudian, di Pemda DIY, nomenklaturnya Bandara Internasional Yogyakarta-Borobudur.
Selanjutnya, Bedah Menoreh ini yang menyusun rencana detail teknisnya adalah Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan dan Energi Sumber Daya Mineral (DPUP-ESDM) DIY pada 2018-2019. Berdasarkan DED yang disusun DIY, panjang Bedah Menoreh 52,35 kilometer. Panjang jalan tersebut meliputi Kulon Progo dan Magelang.
Khusus di Kulon Progo panjangnya 44,675 kilometer. "Dari panjang tersebut, ada dua kewenangan, yakni jalan provinsi yang menjadi kewenangan Pemda DIY sepanjang 24,66 kilometer, dan jalan kabupaten sepanjang 20,075 kilometer," katanya.
Kemudian, dari proses tahapan Bedah Menoreh, lanjut Bambang, ada perencanaan, persiapan dan pelaksanaan yang dibagi dalam lima segmen. Segmen pertama, Kebonrejo-Hargomulyo sepanjang 3,9 kilometer, segmen kedua yaitu Hargomulyo-Hargorejo sepanjang 3 kilometer, segmen ke tiga Purwosari-Kebonharjo sepanjang 4,625 kilometer.Selanjutnya, segmen empat Banjarsari-Pagerharjo sepanjang 3,025 kilometer, dan terakhir segmen kelima Gerbosari-Sidoharjo sepanjang 5,525 kilometer.
Perencanaan segmen satu, dua dan tiga sudah dilaksanakan pada 2020. Persiapan rencananya dilaksanakan pada 2021, tetapi atas komunikasi dengan Kementerian Keuangan pada 20 Mei 2021, persiapan segmen dua dan tiga ditunda. Penundaan ini karena adanya kebijakan dari Kementerian Keuangan dan Kementerian ATR, keuangan difokuskan untuk menyelesaikan Jalur Jalan Lintas Selatan dan Ruas Jalan Prambanan-Gading.
"Kami berharap segmen satu dikerjakan oleh Balai Jalan Tol. Kami juga berharap segmen dua dan tiga dikerjakan pada 2022 bersamaan dengan persiapan segmen empat dan lima," katanya.