Selasa 08 Apr 2025 14:03 WIB

Antisipasi Kerugian Panen, Sultan HB X Ajak Petani Daftarkan Status Sawah Jadi Lahan Abadi

Selama 10 tahun kontrak, lahan itu boleh ditanami apa saja.

Rep: Wulan Intandari/ Red: Fernan Rahadi
Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X menghadiri acara panen raya serentak di Kulonprogo.
Foto: Wulan Intandari
Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X menghadiri acara panen raya serentak di Kulonprogo.

REPUBLIKA.CO.ID, WATES -- Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, Sri Sultan Hamengku Buwono X mendorong para petani untuk mendaftarkan status sawah mereka sebagai lahan abadi. Ini bertujuan untuk menjaga ketahanan pangan di DIY sekaligus memberikan perlindungan kepada para petani apabila terjadi kerugian panen, maka pemerintah akan menanggungnya.

Sultan HB X mengungkapkan saat ini ada 32 ribu hektare lahan abadi yang hasil panennya digunakan untuk memenuhi kebutuhan pangan di Yogyakarta.

"Kami punya kontrak 32 ribu hektare. Kalau gagal dan sebagainya, nanti diganti sama Pemda, karena itu untuk memenuhi kebutuhan pangan di Yogyakarta," katanya dalam acara Panen Raya Padi di Bulak Kedungsari, Kabupaten Kulonprogo, Senin (7/4).

Selama 10 tahun kontrak, lahan itu boleh ditanami apa saja asalkan masih dalam komoditas pangan. Sejauh ini, lahan 32 hektare itu mampu menghasilkan produksi di atas 900 ribu ton gabah kering panen (GKP). 

Hasil panen ini, kata Sultan, sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan pangan karena kebutuhannya sekitar 700 ribu ton. "Yang 200 ribu ton mampu untuk transaksi masuk dan keluar," ungkap Sultan.

Lebih lanjut, Sultan HB X menyampaikan apresiasi terhadap Bulog yang telah membantu petani karena membeli hasil panennya dengan harga Rp 6.500 per kilogram GKP.

Dengan keadaan sekarang, Sultan menyakini bahwa para petani bisa lebih sejahtera dan diharapkan mampu memanfaatkan momentum ini di mana sisa panen yang tak digunakan untuk kebutuhan keluarga bisa dijual ke Bulog.

"Jadi, sangat membantu untuk petani dan kemudian fasilitas jemput gabahnya. Setiap panen, panggil Bulog langsung datang," ujarnya.

Sementara Pemimpin Wilayah Perum Bulog Kanwil Yogyakarta, Ninik Setyowati mengatakan panen raya ini dalam rangka mendukung swasembada pangan dan meningkatkan kesejahteraan petani. Oleh karenanya, pemerintah melalui bulog membeli Gabah Kering Panen (GKP) petani ini dengan harga Rp 6.500.

Dia mengungkap provinsi DIY mendapatkan target untuk menghasilkan GKP itu sebanyak 14 ribu ton.

“Hari ini kami sudah mencapai sekitar 9.500. Tapi bukan berarti nanti setelah 14 ribu ton ini tercapai kami akan terus melakukan penyerapan, selain target GKP kan kami juga ada target beras sendiri, penyerapan dalam bentuk beras,” ucapnya.

“Untuk di Kulonprogo sendiri, targetnya 2.300 ton. Hari ini saja sudah tercapai 2.400 ton. Jadi sudah 105 persen tapi kami terus melakukan penyerapan. Kami akan menyerap sepanjang ada panenan, petani mau menjual kepada bulog kami tetap lakukan penyerapan,” ungkapnya.

Salah satu petani Kedungsari, Kulonprogo, Sukamto mengatakan dirinya menggarap sawah seluas 1.500 meter persegi. Dia menyampaikan terima kasih kepada Bulog dan pemerintah karena telah membantu petani karena membeli Rp 6.500 per kilogram GKP.

"Ini sangat membantu untuk petani dan kemudian fasilitas jemput gabahnya. Setiap panen, panggil Bulog langsung datang," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement