REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Dokter spesialis paru Rumah Sakit Universitas Airlangga (RSUA) Alfian Nur Rosyid mengungkapkan macam-macam jenis sesak napas yang sering timbul ketika seseorang sembuh dari Covid-19. Macam-macam jenis sesak napas tersebut, kata Alfian, dapat dibedakan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu.
Pertama, sesak napas akut. Sesak napas akut, kata Alfian, yakni sesak napas yang muncul secara tiba-tiba. Sesak napas akut dapat terjadi sekalipun seorang pasien belum pernah mengalami sesak sebelumnya.
“Sesak napas akut dapat timbul saat seseorang penyintas Covid-19 melakukan aktivitas berat seperti mengangkat benda berat, berjalan dengan cepat, dan sebagainya. Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan fisioterapi napas yang dapat diajarkan di rumah sakit dan dilanjutkan di rumah,” kata Alfian di Surabaya, Selasa (22/9).
Alfian melanjutkan, sesak napas akut juga dapat dialami pasien asma atau Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) yang mengalami kekambuhan atau eksaserbasi. Biasanya, timbul gejala mengik (bunyi napas seperti bersiul) pada seorang yang sedang mengalami kekambuhan. Sesak akut juga dapat dialami pada pasien dengan gangguan kebocoran selaput paru (//pleura) yang dikenal dengan pneumotoraks.
Jenis kedua adalah sesak napas kronis. Sesak napas kronis yakni ketika pasien mengalami sesak napas dengan durasi yang lama, yang rata-ratanya lebih dari dua pekan. Sesak napas kronis, kata Alfian, juga dapat menjadi salah satu gejala yang mungkin dialami penyintas Covid-19. Kondisi tersebut dapat bertahan dalam kurun waktu satu hingga tiga bulan. Namun lambat laun akan semakin berkurang dan membaik.
Alfian menjelaskan, cara mengatasi sesak kronis adalah dengan membatasi aktivitas yang memerlukan tenaga ekstra. Seperti mengangkat atau memindahkan benda berat, mencuci dengan tangan, menaiki tangga, serta berjalan kaki beberapa kilometer. Selain itu, obat dokter juga merupakan solusi.
“Penggunaan obat-obatan sesuai saran dokter dapat membantu mengurangi sesak kronis juga sesak akut yang timbul tiba-tiba. Pasien juga dapat melakukan rehabilitasi pernapasan untuk mengurangi sesak napas,” ujarnya.
Jenis selanjutnya adalah sesak napas hilang-timbul atau intermitten. Munculnya sesak yakni pada frekuensi atau waktu tertentu. Misalkan pada pasien asma, muncul sesak pada pagi hari dan sembuh pada siang hari, bahkan tanpa obat tertentu.
Ia menjelaskan, terdapat berbagai macam faktor pemicu sesak napas ini. Faktor yang dimaksud contohnya alergi ketika seseorang terkena hujan, makanan, ataupun debu yang kemudian memicu timbulnya sesak.
Jenis terakhir adalah sesak napas persisten dan progresif. Perbedaan keduanya terletak pada progress terjadinya sesak. Persisten artinya menetap, yakni sesaknya tetap dan tidak berkurang. Adapun, sesak napas progresif yakni sesak yang seiring waktu dapat bertambah berat.
"Biasanya terjadi pada pasien dengan Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK). Faktor utamanya adalah asap rokok,” kata dia.