REPUBLIKA.CO.ID,SOLO -- Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) menerima 111 mahasiswa asing dari 16 negara. Mereka mengikuti Orientasi Mahasiswa Baru untuk mahasiswa asing pada Jumat (24/9) secara daring melalui aplikasi Zoom Meeting dan TVMu.
Mahasiswa Internasional yang mengikuti penyambutan tersebut berasal dari berbagai negara. Di antaranya, Afganistan, Bangladesh, Madagaskar, Malaysia, Mesir, Nigeria, Pakistan, Palestina, Rusia, Rwanda, Sierra Leone, Sudan, Thailand, dan Uganda.
Terdapat tiga program studi yang dapat ditempuh untuk mengikuti perkuliahan di UMS, yakni lewat program International Priority Scholarship (IPS), beasiswa Kemitraan Negara Berkembang (KNB), dan mahasiswa Virtual Outbound Student (VOSEP).
Wakil Rektor UMS Bidang Kerjasama dan Urusan Internasional, Supriyono, mengatakan, acara pada Jumat siang merupakan orientasi mahasiswa asing, yang diikuti 111 mahasiswa dari 16 negara.
"Setelah acara ini, mereka menjadi duta-duta UMS untuk merekrut lebih banyak mahasiswa asing. Karena jumlah mahasiswa asing ini menjadi satu komponen internasionalisasi yang menjadi parameter perankingan universitas kelas dunia. UMS tahun 2025 berencana menjadi World Class University," terang Supriyono seperti tertulis dalam siaran pers yang diterima Republika, Jumat malam.
Namun demikian, tambahnya, selama masa pandemi kuliah masih dilakukan secara daring dari negara masing-masing. Nantinya setelah kondisi memungkinkan, mahasiswa asing baru bisa belajar langsung ke UMS.
Dalam kesempatan itu, Ketua Biro Kerjasama dan Urusan Internasional (KUI) UMS, Waluyo Adi Siswanto, menngungkapkan, setelah penyambutan ini mahasiswa asing itu sudah resmi menjadi bagian dari keluarga UMS.
"Mahasiswa asing yang menempuh studi di UMS ini, tak hanya program sarjana, namun juga program magister dan program doktor," jelas Waluyo.
Dia menambahkan, pada tahun kemarin UMS tidak mengambil mahasiswa asing lantaran pandemi Covid-19. "Alhamdulillah pada tahun ini, UMS membuka kembali untuk mahasiswa yang berasal dari luar negeri," pungkasnya.