REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Pemerintah Kota Surakarta, Jawa Tengah, tetap melaksanakan pembelajaran tatap muka (PTM). Meskipun, kini muncul klaster Covid-19 di sejumlah sekolah dasar di Solo.
"Kami berharap PTM tidak berhenti, namun ada evaluasi jangan sampai ada korban yang terpapar hingga fatal," kata Ketua Pelaksana Harian Satgas Penanganan Covid-19 Kota Surakarta Ahyani pada jumpa pers hasil kegiatan surveilans atau pengamatan Covid-19 PTM terbatas di Solo, Senin (18/10).
Menurut dia, saat ini masih dilakukan evaluasi akibat munculnya klaster Covid-19 di sejumlah sekolah tersebut. "Evaluasi dulu, ini program (surveilans) dari pemerintah pusat. Kementerian Kesehatan ambil sampel di lima provinsi agar melakukan (tes acak)," katanya.
Sementara sambil menunggu arahan lebih lanjut dari pemerintah pusat, dikatakannya, lima sekolah dengan kasus Covid-19 tersebut hanya diperbolehkan melangsungkan pembelajaran jarak jauh (PJJ). "Yang terpapar PJJ dulu, dua minggu hingga satu bulan," katanya.
Sementara itu, terkait dengan upaya pengendalian di sekolah-sekolah yang masih melaksanakan PTM, dikatakannya, diserahkan ke masing-masing sekolah, khususnya dari sisi kapasitas. "Mereka (sekolah) harus ketat. Ini (PTM) memang ada risikonya, harus kamikelola. Jangan sampai merugikan, makanya upaya PTM dilakukan pengendalian seketat mungkin," katanya.
Terkait hal itu, Wali Kota Surakarta Gibran Rakabuming Raka memastikan pemerintah tidak akan menghambat PTM. "Kami jalan terus saja. SOP-nya kami perketat, PTM jalan terus. Jangan takut-takut," katanya.
Ia juga meminta, baik guru maupun siswa, untuk terus meningkatkan kesadaran dalam menerapkan protokol kesehatan. "Kita mau tidak mau berdampingan dengan Covid-19. Kesadarannya ditingkatkan. Guru-guru yang kemarin kami tegur tidak pakai masker, ya tahu dirilah. Akibatnya ya seperti itu," katanya.