Selasa 09 Nov 2021 16:52 WIB

'Otomatisasi kolaboratif Solusi Kepuasan Kerja Lebih Besar'

Povlsen memberikan pemahaman tentang pemberdayaan tenaga kerja digital masa depan.

Ilustrasi Cobot
Foto: Wikimedia
Ilustrasi Cobot

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Universal Robots, pemimpin global dalam robot kolaboratif (cobot), hari ini memulai acara "Collaborative APAC-Cobot Expo 2021", sebuah acara daring di mana para tokoh otomasi di Asia Pasifik berkumpul untuk menjawab tantangan bisnis mengenai masalah tenaga kerja yang mulai menua, kekurangan tenaga kerja, cara mengubah aspirasi karier dengan otomatisasi kolaboratif.  

Tidak seperti robot industri tradisional, cobot bersifat kolaboratif dan dirancang untuk bekerja bersama para karyawan, memberikan bisnis manfaat gabungan antara manusia dan robot. Acara daring akan menampilkan konsep dan pendekatan baru untuk otomatisasi yang melibatkan kolaborasi manusia-robot yang sempurna.

Presiden Universal Robots, Kim Povlsen,  dan  Direktur Regional Asia Pasifik Universal Robots, James McKew, turut hadir menyampaikan kata sambutan di acara diskusi panel yang berlangsung Selasa (9/11) siang WIB tersebut.  Dalam keynote pertamanya di Asia Pasifik sejak diangkat sebagai Presiden Universal Robots di tahun ini, Povlsen memberikan pemahaman yang mendalam mengenai  “refining automation” dan memberdayakan tenaga kerja digital di masa depan.

Ketika perusahaan bergerak menuju masa new normal, tutur Povlsen, pihaknya menyaksikan tantangan rantai pasokan dan kekurangan tenaga kerja yang disebabkan oleh angkatan kerja yang menua dan pilihan karier yang berbeda. Orang-orang mulai mempertanyakan jenis pekerjaan apa yang harus dilakukan oleh manusia. 

"Banyak pekerjaan di bidang manufaktur, perakitan, dan pemrosesan melibatkan pekerjaan yang membosankan, kotor, dan berbahaya. Otomatisasi kolaboratif membuat tren bagi orang untuk naik ke pekerjaan yang lebih menarik. Dengan implementasi robot kolaboratif, seseorang kini dapat menjadi operator cobot yang ahli," kata Povlsen dalam siaran pers, Selasa (9/11).

Seorang pekerja kini dapat menugaskan 'rekan kerja' mereka dengan tugas yang berulang, sementara pekerja itu sendiri dapat menghabiskan lebih banyak waktu untuk mengembangkan strategi inovatif dan menemukan solusi untuk tantangan bisnis dengan kreativitas dan keterampilan pemecahan masalah mereka. Perubahan ini mengarah pada kepuasan kerja yang lebih besar dan kemajuan karier. 

"Di Universal Robots, kami berharap seseorang dapat bekerja dengan robot daripada diperlakukan seperti robot," kata Povlsen.

Sedangkan Direktur Regional Asia Pasifik Universal Robots, James McKew, dalam pidato pembukaannya di diskusi panel tersebut, berbagi kisah mengenai implementasi otomasi kolaboratif yang sukses di Asia Pasifik dan wawasannya tentang prospek regional.

Berbicara dari perspektif kawasan Asia Pasifik, McKew mengatakan, mengoperasikan sebuah pabrik telah menjadi suatu tantangan karena tenaga kerja yang menua, seperti apa yang telah disebutkan oleh Kim sebelumnya. Gangguan pada rantai pasokan dan kekurangan bahan yang tiba-tiba yang disebabkan oleh pandemi Covid-19, membuat produsen harus menghadapi transisi. 

"Dengan semua manfaat yang dapat ditawarkan cobot seperti fleksibilitas dan tapaknya yang kecil, pemilik bisnis dan produsen menyadari bahwa mereka dapat tetap menjadi kompetitif di pasar. Ini memungkinkan lebih banyak aktivitas dalam otomatisasi kolaboratif dan bahkan membawa kembali bisnis yang sebelumnya berada di luar negeri," kata McKew.

Otomasi lebih dari sekadar memiliki robot di seluruh industri untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi. Saat ini, otomatisasi kolaboratif menawarkan peluang besar bagi bisnis yang siap untuk menerima tren yang berubah dan gelombang otomatisasi.  Mulai dari keuntungan finansial hingga penciptaan lapangan kerja baru, cobot akan mendapatkan tempat dalam industri robotika.

“Sebagai pelopor di pasar robot kolaboratif dengan lebih dari 50.000 kobot terjual, kami percaya bahwa kobot telah menjadi pendamping yang sempurna bagi operator manusia. Dengan lebih dari 10 juta tugas yang saat ini dilakukan oleh manusia, kami memperkirakan pertumbuhan cobot akan meningkat secara eksponensial. Ada peluang besar untuk membantu bisnis menciptakan pekerjaan yang lebih berarti dan lebih mempercepat gelombang otomatisasi," jelas Povlsen.

McKew mengungkapkan bahwa sungguh menggembirakan menyaksikan bagaimana negara-negara mencari solusi untuk melindungi karyawan mereka sambil mempertahankan kelangsungan bisnis. Mengambil Singapura sebagai contoh, kini negara tersebut telah menyerukan untuk mengurangi ketergantungan pada tenaga kerja asing sehubungan dengan pandemi. Karena wabah telah menyebabkan guncangan besar di seluruh perekonomian, Singapura memahami perlunya beradaptasi dengan new normal ini.   

"Hal ini menciptakan peluang untuk integrasi robot kolaboratif. Ke depan, cobot akan menjadi alat yang gesit untuk aktivitas reshoring, yang selanjutnya mendorong aplikasi kolaboratif di pasar ASEAN," kata McKew.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement