REPUBLIKA.CO.ID, PURWOKERTO -- Kesejahteraan guru honorer di Kabupaten Banyumas menjadi sorotan PGRI Banyumas menjelang Hari Guru Nasional (HGN) 2021. Saat ini sebanyak 3.000 guru honorer atau guru wiyata bakti menjadi garda terdepan pembelajaran selama pandemi.
Ketua Pengurus PGRI Banyumas, Sarno menjelaskan, saat ini sudah banyak guru-guru di Banyumas yang pensiun, sehingga kekurangannya diisi oleh guru-guru honorer. Sementara itu pengangkatan guru-guru honorer terakhir kali dilakukan pada 2018.
"Anggota PGRI Banyumas ada sebanyak 8.351, tapi ada juga yang belum anggota, jadi perkiraan sekitar 10 ribu lebih guru di Banyumas. Sementara itu ada kekurangan guru khususnya di SD dan SMP sekitar 3000, yang selama ini diisi oleh guru honorer," ujar Sarno kepada Republika, Rabu (24/11).
Sarno mengatakan, pada HGN tahun ini, PGRI mengharapkan Pemerintah Kabupaten Banyumas untuk lebih memperhatikan tenaga guru dan mengangkat guru-guru honorer menjadi guru tetap, sehingga secara kuantitatif memenuhi kekurangan tenaga pengajar.
Menurutnya, pandemi mengajarkan bahwa profesi guru itu tidak bisa digantikan oleh orang lain. Pembelajaran daring menunjukkan bahwa betapa kerepotannya para orang tua mengajar anak-anak mereka di rumah. "Maka pengadaan guru saat ini merupakan sesuatu yang sangat diperlukan," katanya.
Terlebih lagi, guru-guru honorer yang mayoritas adalah guru-guru berusia muda, menjadi garda terdepan dalam pembelajaran daring. "Guru-guru muda ini justru yang berada di garis depan di masa pandemi karena mereka mempunya kompetensi digital yang sangat bagus, jadi sangat membantu dalam pembelajaran daring," ujarnya.
Meskipun saat ini guru-guru honorer sudah mendapatkan gaji sesuai dengan Upah Minimum Kabupaten (UMK), tapi ini tentunya tidak cukup bagi mereka. Oleh karena itu, PGRI Banyumas akan terus mengawal guru-guru honorer menjadi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK).