Selasa 21 Dec 2021 23:15 WIB

Merdeka Bermain Penting bagi Anak Usia Dini

Rumah itu sekolah pertama bagi anak-anak.

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Muhammad Fakhruddin
Merdeka Bermain Penting bagi Anak Usia Dini (ilustrasi).
Foto: Edi Yusuf/Republika
Merdeka Bermain Penting bagi Anak Usia Dini (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID,YOGYAKARTA -- Pandemi Covid-19 membuat sebagian besar anak usia dini kehilangan teman bermain. Namun, merdeka bermain dinilai sangat penting untuk anak usia dini meskipun di masa pandemi.

Hal ini disampaikan oleh Pengelola Paud Inspiratif, Deassy Marlia Destiani. Menurutnya, merdeka bermain bagi anak usia dini tidak selalu diwujudkan dengan teman bermain.

Baca Juga

Justru, di pandemi saat ini merdeka bermain dapat diwujudkan di lingkungan rumah. Bahkan, katanya, seluruh hal yang ada di lingkungan rumah dapat menjadi alat bagi anak untuk memperoleh merdeka bermain.

"Sebetulnya, rumah itu sekolah pertama bagi anak-anak. Di rumah ada dapur, ruang tamu, garasi, halaman, kamar tidur, kamar mandi, ruang keluarga dan ini jadi tempat-tempat belajar bagi anak," kata Deassy dalam talkshow yang digelar Republika secara daring dengan tema 'Pentingnya Merdeka Bermain bagi Anak Usia Dini di Masa Pandemi', Selasa (21/12).

Saat ini, masih ada permasasalahan-permasalahan yang menyebabkan anak usia dini tidak merdeka dalam bermain. Menurut Deassy, masih banyak dijumpai pembelajaran anak usia dini yang belum memenuhi konteks merdeka bermain.

Kegiatan belajar anak usia dini juga dinilai masih banyak berpusat pada orang tua atau guru. Artinya, kegiatan belajar anak tidak berpusat pada anak itu sendiri.

Padahal, hal ini dapat menyebabkan menurunnya kemampuan anak dalam membuat keputusan dan memilih. Selain itu, juga dapat dapat menurunkan kemampuan anak dalam membuat strategi.

"Juga membuat anak menjadi tidak mandiri, serta menurunnya kemampuan berpikir tingkat tinggi anak sebagai bekal keterampilan di abad 21," ujar Deassy.

Ia menjelaskan, keterampilan yang dibutuhkan di abad 21 yakni kritis, kreatif, komunikatif dan kerja sama. Sementara, dengan tidak adanya merdeka bermain pada anak usia dini, keterampilan ini tidak terbangun di diri anak usia dini.

"Maka kita harus mencoba membuat supaya anak-anak ini bisa bersosialisasi dan bekerja sama jika ada kesempatan," jelasnya.

Deassy menyebutkan, ada tiga konsep yang harus diketahui oleh orang tua maupun guru terkait merdeka bermain. Pertama, orang tua dan guru diharuskan untuk memberi keleluasaan kepada anak untuk menentukan sendiri tujuan dan kegiatan bermain dengan caranya sendiri.

Kedua, orang tua atau guru bukan satu-satunya sumber bagi anak untuk belajar. Ketiga, lingkungan sekitar anak merupakan alat dan bahan bermain yang kaya bagi anak untuk dapat mempelajari banyak hal.

Deassy juga menambahkan, ada tiga prinsip terkait merdeka bermain. Prinsip pertama, orang tua atau guru harus membuat anak dapat memahami tujuan dari kegiatan yang dilakukan.

Prinsip kedua, anak harus dibuat untuk melakukan kegiatannya secara mandiri. Dengan begitu, orang tua atau guru hanya memantau, melihat, memancing dan tidak mengontrol kegiatan apa yang harus dilakukan oleh anak.

Prinsip ketiga, katanya, orang tua atau guru diharuskan membuat anak dapat melakukan refleksi atas kegiatan yang sudah dilakukannya. Dalam artian, setelah anak bermain harus ditanyakan kembali apa saja yang sudah dilakukan sebelumnya.

"Agar tujuan (merdeka bermain) tercapai, guru atau orang tua harus membuat anak menjawab dengan terbuka, tidak hanya iya atau tidak jawabannya. Ketika mengamati anak sedang bermain, kita tidak harus mengintervensi jenis bermain anak, tapi kita bertanya agak anak kritis," tambahnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement