REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Munculnya fenomena klitih didasari oleh kesadaran yang rendah di mana pelaku merasa tidak punya eksistensi diri di lingkungannya. Faktor itu yang kemudian diwadahi oleh komunitas geng yang mengajak pelaku untuk melakukan kekerasan dengan cara membacok atau menjambret orang agar terlihat keren, sehingga eksistensinya naik. Daya pikir yang rendah ini menjadi akar persoalan yang perlu dibenahi melalui dunia pendidikan.
Inisiator Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM) DIY, Muhammad Nur Rizal, menilai Pemda DIY belum serius dalam menangani klitih dan penanganan cenderung masih kuratif dan reaksioner bukan pencegahan atau tindakan untuk mencari akar persoalan yang sebenarnya. Penanganan di sekolah misalnya, perlu dilakukan dengan cara-cara yang extraordinary atau out of the box sehingga tidak hanya sekadar memarakkan bimbingan konseling yang justru malah menghakimi anak-anak yang nakal.
"Karenanya, perlu dibangun sistem belajar problem based learning seperti cara belajar memecahkan persoalan sosial," kata Rizal saat dihubungi via telepon, Rabu (5/1).
Selain itu, perlu dibangun self regulated learning, yakni cara belajar mandiri untuk mengembangkan minat, bakat dan potensi mereka untuk bertanggung jawab penuh atas proses dan hasil belajar siswa. Hal ini akan membangun kesadaran batin sehingga empati sosial dan tanggung jawab dirinya akan lebih baik.
"Self regulated learning akan membebaskan siswa dari intervensi negatif, ajakan buruk karena siswa memiliki rem sendiri untuk mengontrol diri dan bisa mencapai prestasi melampaui kemampuan fisiknya," kata Rizal melanjutkan.
Rizal menambahkan, ekosistem pendidikan perlu diubah agar setiap anak merasa punya harga diri dan eksistensi sehingga mereka tidak perlu melakukan kejahatan untuk mendapat pengakuan.
"Kebijakan yang paling tepat, efisien dan efektif untuk dilakukan adalah bagaimana Pemda DIY membuat peraturan daerah atau Peraturan Bupati yang mendorong sekolah untuk menciptakan ekosistem yang menyenangkan dan memberi ruang kesempatan bagi setiap anak untuk berkembang berdasarkan potensinya masing-masing," katanya.
Dari segi keamanan, Rizal berkomentar masih jarang dilakukan patroli di beberapa titik daerah dan penerangan jalan pun masih kurang sehingga bisa memancing orang untuk melakukan kejahatan. Rizal juga mengusulkan agar Pemda perlu mendorong UMKM seperti warung makan indomi di malam hari agar jalanan lebih ramai.
"Apalagi kalau jalannya itu terang sehingga justru bisa menjadi daerah wisata tersendiri karena malam hari masih banyak anak muda yang nyagrok di warmindo sehingga rasa aman itu menjadi tinggi, ketika rasa aman tinggi maka pariwisata akan meningkat," katanya.