Jumat 07 Jan 2022 21:28 WIB

Seni Ebeg Banyumas Kembali Bangkit Usai Vakum Selama Pandemi

Semakin lama tidak dipentaskan akan mengancam kelestarian kesenian lokal.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Yusuf Assidiq
Kesenian Ebeg Banyumas.
Foto: Dokumen
Kesenian Ebeg Banyumas.

REPUBLIKA.CO.ID, BANYUMAS -- Di tengah gempuran modernitas, seni permainan Ebeg Banyumas tetap diminati. Kesenian yang sudah mengakar di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah ini, kerap kali dipentaskan, termasuk untuk meramaikan gelaran hajatan atau acara-acara tertentu.

Paguyuban atau kelompok Ebeg Wahyu Turonggo Jati di Purwokerto Utara, Kabupaten Banyumas, semakin bersemangat latihan setelah Kesenian Ebeg ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda (WBTb) dalam kategori seni pertunjukan pada akhir 2021.

Meski pandemi Covid-19 memaksa kelompok Ebeg ini harus berhenti menggelar pertunjukan maupun latihan, namun setelah Banyumas masuk level 1 mereka mulai menggelar latihan untuk mengasah kemampuan anggota.

Pementasan Ebeg yang selalu mengundang kerumunan massa, membuat mereka harus berhenti selama lebih dari dua tahun. Dan sekarang mereka memulai latihan kembali.

“Kami sudah mulai mengadakan pertemuan dan latihan dua kali, atau minimal sekali dalam sepekan, yaitu pada Selasa dan Jumat,” kata salah satu anggota bernama Sutrisno, Jumat (7/1)

Menurutnya lama tidak pentas maupun latihan tentunya merugikan. Kelompok seni bisa terancam bubar jika tak pernah menjalin pertemuan. Lama tidak latihan bukan tidak mungkin dapat membuat anggota lupa gerakan kesenian itu.

Selain itu, imbuhnya, semakin lama tidak dipentaskan juga akan mengancam kelestarian kesenian lokal itu sendiri. Apalagi pertemuan rutin paguyuban bukan hanya untuk keperluan latihan, melainkan untuk menjaga silaturahim anggota agar tetap terjaga.

Namun di tengah sepinya latihan maupun pentas, para pengurus lantas tidak diam. Ketua Kelompok Slamet Wagiatmo, terus mencari terobosan agar kelompoknya tetap eksis.

Ia mengajukan permohonan kepada Kemensos melalui Program Forum Keserasian Sosial, untuk mendapatkan bantuan guna memperbaharui dan mengadakan perlengakapan kesenian ebeg.

"Alhamdulillah Wahyu Turonggo Jati mendapatkan bantuan Program Forum Keserasian Sosial sebanyak Rp 50 juta, yang kami gunakan untuk membeli seperangkat gamelan, Ebeg, seragam, bujang ganong, dan penguatan ekonomi anggota berupa kambing lima ekor dan ikan tiga kuintal untuk empat kolam," ujarnya.

Bantuan tersebut kembali menyatukan anggota dan masyarakat sekitar, sebagai solusi untuk mengatasi permasalahan yang ada. Ini mencakup untuk mendeteksi dini bibit-bibit radikalisme dan konflik sosial di masyarakat karena seni budaya merupakan salah satu cara untuk menjadi perekat.

 

"Kegiatan ini merupakan upaya yang dilakukan bersama masyarakat untuk membangkitkan kearifan lokal, dan membangun komitmen toleransi di masyarakat,” jelas Slamet.

Melalui pendekatan kearifan lokal melalui kesenian Ebeg, diharapkan sebagai upaya pencegahan terhadap konflik sosial yang mungkin terjadi di masyarakat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement