REPUBLIKA.CO.ID,YOGYAKARTA -- Sosiolog Universitas Gadjah Mada (UGM) Wahyu Kustiningsih meminta Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta menjadikan lokasi baru PKL di Teras Malioboro 1 dan 2 sebagai ikon baru di Kota Yogyakarta sehingga menarik wisatawan berkunjung.
"Jadikan ruang baru ini sebagai ikon baru sehingga wisatawan akan merasa tidak lengkap jika ke Yogya tidak berkunjung ke tempat ini," kata Wahyu Kustiningsih melalui keterangan tertulis di Yogyakarta, Kamis (3/2/2022).
Membangun imej lokasi tersebut sebagai ikon baru merupakan upaya rekayasa sosial yang menurut dia mampu membantu keberlangsungan sosial ekonomi PKL Malioboro setelah dipindah di Teras Malioboro 1 dan 2.
Ia berharap Pemda DIY tidak serta merta melepas PKL pasca direlokasi, melainkan diikuti upaya pendampingan atau program lain yang membuat kondisi sosial ekonomi PKL tetap berjalan. Wahyu mengatakan relokasi bukan sekadar memindahkan komunitas pedagang ke kawasan baru serta mengelompokkan mereka berdasar jenis dagangan saja.
Menurut dia, perlu diperhatikan pula ikatan sosial yang nantinya terbentuk di tempat baru apakah memiliki risiko konflik atau tidak. Dampak terburuk dari relokasi bagi PKL, kata dia, adalah turunnya pendapatan karena sepi nya pengunjung, apalagi saat ini Tanah Air masih berada dalam kondisi krisis akibat pandemi.
Apabila situasi itu tidak teratasi maka, kata dia, risiko munculnya tindakan negatif atau kriminal tinggi. "Dengan relokasi apakah wisatawan akan berkunjung ke sana ini perlu dipertimbangkan," ujar dosen Departemen Sosiologi Fisipol UGM ini.