REPUBLIKA.CO.ID,YOGYAKARTA -- Sektor pekerjaan di tempat baru yang diisi oleh pedagang kaki lima (PKL) Malioboro sudah diisi. Namun, Ketua Paguyuban Pendorong Gerobak Malioboro (PPGM), Kuat Suparjono mengatakan, pendorong gerobak yang terdampak relokasi PKL Malioboro ini tidak diberdayakan untuk mengisi pekerjaan tersebut.
Padahal, PPGM sudah meminta agar pemerintah memberdayakan pendorong gerobak yang terdampak. Hal ini dikarenakan puluhan pendorong gerobak di Malioboro kehilangan pekerjaan akibat relokasi.
"Harapan saya ada pemberdayaan (terhadap pendorong gerobak), tapi tipis harapan itu karena sektornya itu sudah diisi orang lain. (Petugas) Kebersihan sudah ada yang masuk, bagi saya tidak masalah tapi tenaganya (akan lebih baik) diambil dari pendorong (gerobak)," kata Kuat kepada Republika, Kamis (3/2).
Menurutnya, ada beberapa sektor pekerjaan yang dapat diisi oleh pendorong gerobak yang terdampak. Seperti penjaga malam, petugas kebersihan hingga petugas parkir.
Ada 91 pendorong gerobak di Malioboro, namun hanya 53 orang yang masuk dalam PPGM. Bahkan, puluhan pendorong gerobak ini menurutnya dapat mengisi pekerjaan yang memungkinkan untuk diisi oleh pendorong gerobak.
"Saya punya pandangan setelah ada sektor (pekerjaan) yang bisa dimasuki pendorong, saya mau mengkoordinir lagi siapa yang sanggup. Kalau milih seenaknya sendiri, saya tidak mau ada kecemburuan di anggota paguyuban. Setidaknya di sektor itu bisa masuk 53 orang dengan sistem shifting," ujar Kuat.
Meskipun begitu, ada beberapa sektor pekerjaan yang sudah diisi dengan tidak memberdayakan pendorong gerobak. Pihaknya berharap pemerintah memperhatikan pendorong gerobak yang kehilangan pekerjaan akibat relokasi.
"Jaga malam misalnya diambil dari petugas Jogoboro, (tukang) parkir dari warga sekitar dan organisasi masyarakat. Kita minta izin boleh tidak kita bantu (untuk mengisi pekerjaan tersebut)," jelasnya.
Jika memang tidak ada solusi untuk memberikan pekerjaan kepada pendorong gerobak yang terdampak, pihaknya tetap meminta setidaknya relokasi ditunda hingga setelah lebaran. Sementara, proses relokasi sendiri sudah berjalan sejak 1 Februari 2022 kemarin.
"Kenapa kita minta ditunda, karena kita ada kesempatan untuk mencari pekerjaan dulu. Kita mau belikan baju untuk anak, mau pulang kampung dan butuh penghasilan setidaknya sampai lebaran," kata Kuat.
Selain itu, Kuat menilai tempat baru yang ditempati oleh PKL juga belum layak ditempati. Ada dua tempat baru yang disiapkan yakni Teras Malioboro 1 dan Teras Malioboro 2.
Hal ini dikarenakan ada genangan air saat terjadi hujan, terutama di Teras Malioboro 2. Bahkan, bagian atap juga bocor saat hujan lebat yang menyebabkan dagangan PKL menjadi basah. "Kenapa kami minta penundaan, ini faktanya," jelasnya.