REPUBLIKA.CO.ID,TULUNGAGUNG -- Pemerintah Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur akhirnya mengevaluasi pelaksanaan pembelajaran tatap muka terbatas di sekolah setempat, menyusul temuan empat kasus COVID-19 di empat lembaga pendidikan tingkat SMA/SMK/MA yang ada di daerah tersebut dalam dua pekan terakhir.
"Kami lakukan evaluasi agar risiko penularan COVID-19 bisa dikendalikan," kata Bupati Tulungagung Maryoto Birowo di Tulungagung, Senin (7/2/2022).
Ia berharap kasus COVID-19 di sekolah tidak semakin meluas. Pilihannya ada dua, yakni pembelajaran tatap muka dihentikan sama sekali dalam jangka waktu tertentu, atau memodifikasi model pembelajaran tatap muka dari 100 persen menjadi 50 persen siswa.
Apalagi saat ini Kabupaten Tulungagung sudah masuk PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) level 2. Untuk itu, dalam evaluasi tersebut Satgas Percepatan Penanganan COVID-19 Kabupaten memanggil Kepala Cabang Dinas Pendidikan Provinsi Jatim di daerah ini, Sindu Widyabadra dan Kepala Kementerian Agama Kabupaten Tulungagung.
Empat sekolah yang diidentifikasi sebagai klaster pendidikan itu adalah SMAN 1 Boyolangu, SMAN 1 Kedungwaru, SMAN 1 Tulungagung dan MAN 1 Tulungagung." Kacabdin tadi menyampaikan untuk SMA/SMK karena terjadi lonjakan cukup tinggi akan dievaluasi, bahkan akan distop dulu PTMT-nya," paparnya.
Dikonfirmasi usai rapat evaluasi, Kacabdin Provinsi Jatim wilayah Tulungagung-Trenggalek, Sindu Widyabadra mengatakan bahwa pihaknya sejauh ini sudah mengumpulkan kelompok MKKS (Musyawarah Kerja Kepala Sekolah) di Tulungagung-Trenggalek agar masing-masing meningkatkan protokol kesehatan di sekolah.
"Sebenarnya ini bukan klaster ya, cuma ada yang positif COVID-19," ujarnya.
Terkait keberlangsungan PTMT, Sindu mengatakan, pihaknya akan mengikuti diskresi Kementerian Pendidikan, untuk menggelar PTMT sebanyak 50 persen, terhitung mulai hari ini (Senin, 7/2).