REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Erik Hadi Saputra (Kaprodi Ilmu Komunikasi dan Direktur Kehumasan & Urusan Internasional, Universitas AMIKOM Yogyakarta)
Pembaca yang kreatif, apakah Anda pernah merasakan bahwa bersyukur bisa meningkatkan kondisi keuangan kita? Saya yakin Anda juga sangat memahami bahwa semakin bersyukur seseorang maka nikmatnya akan semakin bertambah.
Bagaimana cara kita mengetahui ini? Bagaimana juga hal ini berdampak pada kondisi keuangan? Mari kita lihat beberapa alasan yang bisa menguatkan.
Pertama, bersyukur membuat kita lebih bersabar dalam mengelola uang. Anda mendatangi toko handphone dan melihat seri terbaru, harganya tercantum 20-an juta. Bisa saja anda membelinya seketika itu juga. Namun kembali lagi apakah Anda sangat membutuhkan itu sekarang?
Handphone yang anda gunakan saat ini, apakah sudah terasa lama membuka aplikasi dikarenakan batasan kapasitas memorinya? Atau semua masih baik-baik saja? Jika masih layak dipakai, tentu Anda akan lebih sabar dan memilih untuk menabung uang itu atau mewujudkannya dalam bentuk investasi (emas).
Kemampuan bersyukur ini membuat kita tidak tergesa-gesa mengambil keputusan dalam mengeluarkan uang. Kita lebih bersabar melihat barang yang diinginkan namun belum menjadi prioritas kita.
Kedua, bersyukur membuat Anda lebih dermawan. Anda berhak membeli sesuatu karena anda mampu, dan hal itu adalah sesuatu yang wajar. Namun ketika Anda membeli sesuatu itu, apakah kebahagiaannya akan berlangsung lama? Satu bulan ini Anda bisa bahagia. Namun pertanyaannya adalah apakah di bulan kedua, ketiga Anda akan tetap bahagia dengan yang Anda beli tadi?
Sepertinya Anda sudah menganggapnya biasa. Maka untuk bisa bahagia lagi Anda harus membeli barang yang baru lagi.
Berbeda halnya jika anda berbagi. Ketika Anda berbagi maka rasa bahagia itu akan Anda rasakan terus. Bahkan Anda akan semakin pandai mengelola keuangan Anda untuk berbagi.
Anda cermat dalam mengatur pos anggaran. Mana yang untuk zakat, haji, tabungan, pendidikan dan untuk kebutuhan sehari-hari. Ketenangan batin yang dirasakan membuat Anda lebih tenang dalam menyikapi banyak hal dan itu berdampak pada kebahagiaan jangka panjang. Anda senang melihat orang lain senang, dan bahagia melihat yang lain bahagia.
Dua hari lalu, salah satu pengurus Rumah Tahfidz Cinta Qur’an Purwomartani mengirimkan bukti transfer seorang ibu yang saya kenal senilai Rp 10 juta. Bagi sebagian orang, Rp 10 juta itu bisa saja untuk membeli tas, jam, atau pakaian yang diinginkan.
Ketika membeli barang itu memang bahagia, bahkan terasa bangga bisa memilikinya. Namun yakinilah itu adalah kebahagiaan jangka pendek. Begitu keluar edisi atau model terbaru maka Anda akan merasa yang Anda miliki sudah ketinggalan, atau yang diistilahkan netizen sebagai barang jadul, hehe.
Pembaca yang kreatif, bersyukur membuat Anda lebih tenang. Suatu malam ketika saya mendampingi anak ke toko buku di area mal, kami melihat mobil yang kami impikan suatu saat. Kami pun mampir sejenak untuk meminta brosurnya. Namun ternyata hal itu dimanfaatkan sang salesman untuk meminta nomor handphone saya.
Salesman itu kemudian bertanya tentang mobil yang kami gunakan dan tahun pembuatannya. Saya menyampaikan dan langsung diberikan perkiraan harga jual. Bahkan diberikan solusi bagaimana mobil lama akan diambil pada saat mobil baru diantar. Jadi, pembelian tidak akan mengganggu operasional sehari-hari yang kami lakukan. Ide solutif itu sangat menyenangkan.
Keesokan harinya, salesman itu mengirim pesan kepada saya: "Kapan mobil bapak bisa dilihat?" Saya tidak menduga secepat itu, hehe. Tetapi saya paham target terus bergulir baginya. Dengan santai saya mengatakan bahwa saya belum tergesa-gesa dan mungkin butuh waktu satu tahun lagi sampai saya benar-benar membutuhkannya.
Pembaca yang kreatif, nikmati saja proses yang sedang Anda lewati. Biarkanlah keinginan itu semakin kuat agar doa Anda semakin panjang. Sehat dan teruslah terinspirasi.
Ikuti Whatsapp Channel Republika