REPUBLIKA.CO.ID,SLEMAN -- Dinas Kesehatan (Dinkes) menyatakan kasus penambahan konfirmasi positif COVID-19 di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada Kamis (24/2) 2022 menembus angka lebih 1.000 kasus, yakni 1.111 orang, yakni jumlah tertinggi kasus harian di wilayah itu sejak pandemi.
"Sedangkan untuk kasus pasien COVID-19 yang dinyatakan sembuh pada hari ini tercatat sebanyak 350 orang dan tiga orang pasien meninggal dunia," kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular DinkesKabupaten Sleman Khamidah Yuliati di Sleman, Kamis (24/2/2022).
Menurut dia, penambahan kasus positif COVID-19 di Sleman tersebut berasal dari penularan yang terjadi di sejumlah tempat, baik pedukuhan, sekolah, lingkungan kerja, instansi swasta dan pemerintah serta tenaga kesehatan. "Saat ini muncul banyak klaster penularan COVID-19, baik di lingkungan masyarakat, sekolah maupun instansi pemerintah dan swasta," katanya.
Ia mengatakan, untuk pasien aktif COVID-19 di Kabupaten Sleman saat ini lenih banyak yang menjalani isolasi mandiri (isoman) di rumah. "Namun pasien yang isolasi di selterisolasi terpusat (isoter) juga banyak dan terus bertambah," katanya.
Khamidah mengatakan, pasien COVID-19 yang isolasi di selter isoter merupakan pasien bergejala ringan maupun tanpa gejala (OTG) yang tidak memungkinkan isolasi di rumah. "Karena memang ada persyaratan untuk isoman, seperti ada kamar mandi terpisah, sirkulasi udara di rumah lancar dan lainnya. Selain itu tidak ada anggota keluarga yang memiliki kormobit," katanya.
Ia mengatakan, gejala pasien COVID-19 varian Omicron dengan Delta berbeda, varian Delta disebut lebih berat. "Ini dapat dilihat dari merebaknya kasus tahun lalu, banyak yang kekurangan oksigen. Sedangkan, lonjakan kasus di tahun ini gejalanya relatif lebih ringan," katanya.
Selain itu, kata dia, "bed occupancy rate" (BOR) di rumah sakit rujukan juga rendah. Meskipun, penambahan kasus tetap diwaspadai. "Omicron gejalanya hampir sama dengan flu biasa, ringan. Tapi penularannya memang cepat. Sudah ada yang vaksin 1 dan 2, bahkan ada yang vaksin 3 juga tetap kena," kata Khamidah Yuliati.