REPUBLIKA.CO.ID,MALANG -- Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Brawijaya (UB), Prof Dr Astrid Puspaningrum mengemukakan digitalisasi pemasaran produk usaha mikro kecil menengah (UMKM) di Tanah Air perlu diperkuat karena dinilai masih lemah.
"Lemahnya pemasaran yang menggunakan aplikasi digital, termasuk pengemasan masih sangat lemah, sehingga kalah bersaing, bahkan tergerus dengan produk impor yang terus membanjiri pasar Indonesia," Prof Astrid dalam konferensi pers menjelang pengukuhannya sebagai profesor aktif ke-162 UB yang dipantau secara daring di Malang, Jawa Timur, Jumat (25/2/2022).
Dalam pidato ilmiah berjudul "Entrepreneurial Creativity untuk Membangun Keunggulan Bersaing dan Meningkatkan Kinerja Pemasaran" dan akan disampaikan dalam pengukuhannya besok (Sabtu, 26/2), Astrid mengatakan permasalahan UMKM mulai muncul sejak adanya Asean China Free Trade Area (ACFTA) pada 1 Januari 2010.
UMKM di Indonesia akan menghadapi ancaman serius, yaitu proses deindustrialisasi.Ketidakmampuan produk-produk Indonesia untuk bersaing di era ACFTA, lanjutnya, menyebabkan penutupan unit-unit usaha. Para pelaku UMKM tidak lagi menjadi produsen, melainkan hanya sebagai pemasaran dari barang-barang produksi impor.
Melihat ketidakmampuan produk-produk Indonesia untuk bersaing di era ACFTA, kata Astrid, UMKM di Indonesia perlu membangun daya saing.Salah satu pendekatan yang dapat diterapkan perusahaan untuk menghadapi berbagai tantangan dan peluang adalah pendekatan yang didasarkan pada Resources-based view (RBV).
Melalui RBV organisasi dapat membangun keunggulan bersaiang yang berkelanjutan melalui penggunaan sumber-sumber daya berupa finansial, manusia, sarana fisik, dan intangible asset (knowledge). Entrepreneurial Creativity yang disampaikan Astrid adalah model yang dikembangkan dari entrepreneurial creativity dan entrepreneurial networking, sehingga akan menciptakan keunggulan untuk bersaing, sehingga UMKM mampu menghasilkan kinerja pemasaran yang baik sebagai alat untuk mengukur tingkat keberhasilan keseluruhan kinerja yang dilakukan.
"Keunggulan entrepreneurial creativity jika dipraktikkan, daya saing dapat diraih dan kinerja pemasaran akan meningkat," ucapnya.
Menyinggung upaya pemerintah dalam membantu UMKM agar bisa berkembang dan bersaing dengan produk impor, Astrid mengaku masih dalam tahap pemberian bantuan modal. "Yang dibutuhkan UMKM bukan hanya bantuan modal, tapi pendampingan, mulai dari awal produksi, pengemasan hingga pemasaran. Ini yang belum dioptimalkan para pemangku kepentingan," katanya.