REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) memberikan fokus dan perhatian pada keterampilan literasi digital yang semakin relevan di masa pandemi, baik untuk guru maupun peserta didik. Dalam literasi digital, literasi adalah kuncinya. Sedangkan digital menjadi modalitas.
Sementara itu, keterampilan literasi digital, utamanya kemampuan teknis dalam menggunakan berbagai fitur yang ada dalam proses belajar-mengajar juga penting untuk terus ditingkatkan.
Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kemendikbudristek, Iwan Syahril, dalam webinar yang diselenggarakan Pengurus Pusat Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada (PP KAGAMA), 27 Maret 2022 mengatakan, pemerintah telah meluncurkan berbagai terobosan dalam mengembangkan literasi digital dan keterampilannya bagi para tenaga pendidik dan peserta didik, termasuk melalui program Merdeka Belajar.
“Misalnya, asesmen nasional, dalam Merdeka Belajar episode 1 tahun 2019, menetapkan arah terpenting di bidang pendidikan. Cara asesmen, fokus pada konten ujian nasional yang tadinya basis mata pelajaran, kini pindah ke literasi, numerasi, dan karakter. Menekankan pada kemampuan berpikir kritis, dan lain-lain,” kata Iwan dalam siaran pers, Rabu (13/4/2022).
Soal kurikulum, pada Merdeka Belajar episode 15, fokus pada Kurikulum Merdeka Belajar yang kini masih dalam prototype selama dua tahun. Fokusnya adalah pada penguatan kompetensi yang esensial. Iwan menyebutkan, 25 persen dari komponen Kurikulum Merdeka Belajar ini adalah project-based learning.
“Sifatnya interdisipliner. Kita melepas sekat-sekat mata pelajaran yang ada selama ini. Guru-guru berkolaborasi membuat project tentang masalah sosial di sekitarnya, sehingga dekat dengan dunia nyata,” jelas Iwan.
Sementara itu, di level perguruan tinggi ada link and match sehingga pembelajaran menjadi lebih kontekstual. Pada Merdeka Belajar episode 15, diluncurkan pula platform Merdeka Mengajar. Dari sini, diharapkan ada pemahaman bahwa teknologi itu bisa untuk akselerasi, memberikan solusi dalam hal akses, kualitas, dan pemerataan pendidikan.
Menurut Iwan, para guru sangat antusias memanfaatkan platform ini. Pemanfaatan teknologi dalam belajar mengajar kini dinilai penting sehingga kemampuan guru memahami teknologi juga menjadi kuncinya.
“Bukan memindahkan cara mengajar face to face ke online, tapi perubahan cara berpikir. Kita melihat ada keberanian guru melakukan eksperimen dan ini momentum yang sangat baik. Tapi kita juga percaya, negara-negara lain juga sejalan dengan cara pikir kita. Teknologi itu penting, tetapi yang paling penting juga gurunya. Manusia masih elemen paling penting,” kata Iwan.
Seperti diwartakan, platform seperti Belajar.id, misalnya, memfasilitasi guru untuk dapat memperkaya kegiatan belajar-mengajar lewat beragam aplikasi yang ada di dalamnya. Aplikasi seperti Google Classroom, contohnya, memudahkan interaksi dan diskusi dua arah serta memberikan ruang bagi guru untuk bereksperimen dengan materi ajar yang lebih inovatif, misalnya dengan menambahkan video dari YouTube, survei Google Forms, atau dokumen lain yang ada di Google Drive.
Tak hanya guru, para siswa juga mendapatkan akun belajar.id yang bisa digunakan untuk berbagai kegiatan belajar mengajar. Melalui akun belajar.id, siswa mendapatkan kemudahan mengakses media pembelajaran dengan lebih inovatif. Siswa-siswi, misalnya, dapat membuat presentasi melalui Slides yang dapat dibagikan dan dikerjakan secara bersama-sama, serta berkolaborasi dan berinteraksi lewat Google Jamboard atau papan tulis berteknologi cloud.
Pada 2022, Kemendikbud juga melanjutkan pemberian bantuan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) untuk puluhan ribu sekolah di Indonesia. Sekolah-sekolah yang mendapatkan bantuan ini harus memanfaatkannya dengan optimal. Bantuan TIK yang diberikan berupa laptop, access point, konektor, layar proyektor, speaker aktif dan internet router. Para pengajar juga mendapatkan bimbingan teknis dan berbagai pelatihan.