Rabu 20 Apr 2022 14:31 WIB

Jaga Lonjakan Inflasi, Ini Empat Strategi Pemprov Jatim

Permintaan yang meningkat jelang Lebaran, berdampak ke kenaikan harga.

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Yusuf Assidiq
Pedagang menata sayuran yang dijual di salah satu sentra pemasok bahan pangan untuk beberapa kota di Jatim di Pasar Karangploso, Malang, Jawa Timur.
Foto: ARI BOWO SUCIPTO/ANTARA FOTO
Pedagang menata sayuran yang dijual di salah satu sentra pemasok bahan pangan untuk beberapa kota di Jatim di Pasar Karangploso, Malang, Jawa Timur.

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Dalam upaya pengendalian inflasi daerah, Pemerintah Provinsi Jawa Timur menggandeng Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID). Seperti disampaikan Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak butuh strategi 4K untuk mengendalikan inflasi.

Antara lain, keterjangkauan harga, ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi, dan komunikasi efektif.  Terlebih, mendekati Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN).

"Kita harus mengendalikan laju inflasi di masa tren pemulihan permintaan, kenaikan harga komoditas global, kenaikan harga-harga komoditas yang diatur oleh pemerintah, dan pengaruh cuaca," kata Emil di Surabaya, Rabu (20/4/2022).

Emil juga menekankan tantangan struktural berupa masih tingginya disparitas harga antara kabupaten dan kota di Jatim. Khususnya untuk komoditas-komoditas penyumbang inflasi utama, apalagi mendekati Lebaran Idul Fitri 1443 H.

Lebih lanjut ia mengingatkan perlunya sinergitas antar daerah dalam mendukung stabilitas harga dan ketersediaan pasokan menjelang Lebaran. "Diperlukan sinergi dan koordinasi intens dari seluruh pihak terkait yang berkontribusi dalam mengoptimalkan peta hulu-hilir komoditas di Jatim," ujarnya.

Diungkapkan, rata-rata harga enam komoditas utama, yakni beras, daging ayam ras, daging sapi, telur ayam ras, cabai merah, dan cabai rawit terpantau mengalami peningkatan pada Maret 2022 jika dibandingkan bulan sebelumnya. Komoditas pendorong inflasi di Jatim, kata Emil, paling besar dipengaruhi cuaca.

Utamanya cabai rawit yang menjadi komoditas kontributor inflasi nomor satu. Menjelang hari Lebaran, lanjut Emil, kue kering berminyak, telur ayam ras, emas perhiasan, dan minyak goreng, turut menjadi kontributor inflasi.

Sedangkan komoditas penekan laju inflasi di antaranya tomat, kepiting atau rajungan, batu bata, ketela, cumi-cumi, dan beras. Ekonom Universitas Airlangga (Unair), Imron Mawardi mengatakan, fenomena kenaikan harga menjelang Lebaran dapat dikaitkan dengan prinsip ekonomi sederhana.

Permintaan yang meningkat menjelang Lebaran, akan berdampak kepada kenaikan harga. Apalagi Ramadhan tahun ini, masyarakat dihadapkan pada euforia mudik setelah dua tahun sebelumnya dilarang.

“Untuk tahun ini (kenaikkan harga) itu karena ada fenomena pemulihan pandemi, dan ditambah juga Ukraina (konflik Rusia-Ukraina) itu dampaknya luar biasa,” ujar Imron.

Menurutnya, ketika hal ini mampu diantisipasi dengan penambahan supply barang oleh pasar, kenaikan harga seharusnya tidak terulang. Namun, kata dia, tidak jarang kenaikan harga menjelang hari besar disebabkan ulah oknum tidak bertanggung jawab yang mencari keuntungan pribadi.

"Alhasil, meskipun intervensi pemerintah hadir, fenomena tersebut tetap terulang. Kalau menurut saya, untuk April 2022, perkiraan saya inflasi akan di atas 0,5 dibandingkan inflasi bulan sebelumnya," ujar Imron.

Ia pun menyoroti melambungnya harga minyak goreng dan meningjatkan harga BBM. Ia pun berpesan kepada masyarakat untuk membuat skala prioritas dan memahami apa itu keinginan  dan kebutuhan.

"Jadi sebenarnya, kalau dasar (membelanjakan uang) kita ini kebutuhan, maka kita akan hemat. Ini juga tuntunan agama,” kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement