REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Dinas Kesehatan (Dinkes) DIY belum menemukan adanya kasus hepatitis misterius pada anak di wilayah setempat hingga saat ini. Sebelumnya, kasus hepatitis misterius pada anak ini telah tersebar di beberapa negara, termasuk Indonesia.
Kepala Dinkes DIY, Pembayun Setyaningastutie mengatakan, belum ada laporan terkait kasus hepatitis misterius ini dari fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes) se-DIY maupun dari kabupaten/kota. Meskipun begitu, pihaknya tetap mewaspadai hepatitis misterius tersebut.
"Belum ada laporan baik dari puskesmas, dinas kesehatan kabupaten/kota, ataupun rumah sakit," kata Pembayun kepada wartawan.
Pembayun menuturkan, upaya pencegahan hepatitis misterius ini dapat dilakukan dengan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Pembayun juga meminta masyarakat untuk mengenali gejala-gejala hepatitis misterius ini.
"Bila ada BAB yang kuning tua atau warna kulit berubah agak kekuningan, untuk segera diperiksakan," ujar Pembayun.
Pihaknya akan menggencarkan sosialisasi dan edukasi ke masyarakat terkait hepatitis misterius ini. Koordinasi pun dilakukan dengan dinas kesehatan di kabupaten/kota untuk menggencarkan edukasi.
Termasuk koordinasi dengan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dan Ikatan Bidan Indonesia (IBI) agar menyampaikan ke fasyankes untuk dapat melakukan sosialisasi dan edukasi terutama kepada orang tua terkait hepatitis misterius ini.
Pemetaan kasus juga diminta untuk dilakukan sebagai deteksi dini dari hepatitis misterius pada anak. "Bila ada kasus untuk segera dilaporkan ke aplikasi SIHEPI dan perlu dilakukan pemantauan," jelas Pembayun.
Dinkes Kota Yogyakarta juga mengatakan belum ada ditemukan kasus hepatitis misterius pada anak hingga saat ini. Namun, kata Emma, pihaknya tetap waspada terhadap kemungkinan anak terjangkit penyakit tersebut.
Pihaknya juga sudah mengirimkan surat edaran (SE) terkait dengan peningkatan kewaspadaan terhadap penyakit itu. SE ini sendiri dikirimkan ke seluruh sekolah yang ada di Kota Yogyakarta.
Selain itu, pihaknya juga mengefektifkan media sosial milik Dinkes Kota Yogyakarta guna melakukan sosialisasi dan edukasi. Diharapkan, melalui sosialisasi dan edukasi yang masif, dapat menghindarkan anak terjangkit penyakit ini, khususnya di Kota Yogyakarta.
"Utamanya kan PHBS, protokol kesehatan kan wajib, kemudian juga sekarang perilakunya kalau makan harus yang benar-benar matang. Kemudian cuci tangan dahulu, menghindari misal renang ya," katanya.