REPUBLIKA.CO.ID, PURWOKERTO -- Jumlah dosen berkualifikasi doktor di Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP) terus meningkat. Doktor baru tersebut atas nama Dr Wida Purwidianti yang meraih gelar doktor di bidang Ilmu Manajemen di Universitas Jendral Soedirman.
Dalam penelitiannya, ia mengambil judul disertasi ‘Interaksi Struktur Modal Entrepreneurial Syariah Sebagai Variabel Yang Memoderasi Pengaruh Dimensi Budaya Nasional Terhadap Pengambilan Risiko Investasi’
Penelitian tersebut dilatarbelakangi adanya kesenjangan penelitian antara dimensi budaya nasional (individualism vs collectivism, power distance, uncertainty avoidance, masculinity vs femininity, long -term vs short -term orientation, dan indulgence vs restraint)dengan pengambilan risiko investasi.
“Untuk mengatasi kesejangan tersebut maka diperlukan variabel moderasi yang akan memperkuat atau memperlemah pengaruh dimensi budaya nasional terhadap pengambilan risiko investasi,” kata Wida di Purwokerto.
Dijelaskan, variabel kebaruan dalam penelitian ini merupakan interaksi dari struktur modal dan agama. “Penelitian ini dilakukan di usaha kecil dan menengah, oleh karena teori struktur modal yang digunakan teori entrepreneurial finance yang lebih menekankan pada proses pengambilan keputusan keuangan yang dilakukan oleh UKM,” katanya.
Lebih lanjut ia mengatakan, teori agama dalam penelitian ini menggunakan maqashid syariah yaitu tujuan akhir hukum Islam yang melayani kepentingan semua (maslahah). Maqashid syariah ini akan memberikan arah yang jelas untuk mengatur urusan ekonomi, manusia dan perusahaan.
“Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Banyumas dengan mengambil sampel sebanyak 334 UKM yang memiliki kriteria pemilik UKM yang beragama Islam, memiliki jumlah tenaga kerja minimal sebanyak lima orang, UKM merupakan perusahaan non keuangan, dan masih beroperasi sampai tahun penelitian,” jelasnya.
Penelitian ini telah menghasilkan variabel kebaruan Interaksi Struktur Modal Entrepreneurial Syariah dan faktor-faktor yang membentuknya. Telah dilakukan pengujian empiris dengan hasil budaya national individualism, power distance, uncertainty avoidance, masculinity, long-term dan indulgence memiliki pengaruh yang positif terhadap pengambilan risiko investasi.
“Kontribusi untuk praktis pelaku UKM atau Pemilik UKM sangat perlu untuk mempertimbangkan penggunaan modal yang sesuai hukum syariah. Pemilik UKM hendaknya lebih banyak menggunakan sumber modal yang berasal dari teman (business angel) dan keluarga dengan prinsip bagi hasil,” jelasnya.
Untuk pemerintah, lanjut Wida, hasil penelitian ini memberikan masukan tentang pentingnya mempertimbangkan faktor budaya nasional dalam kebijakan pengembangan UKM.
“Pemerintah dalam memberikan solusi permodalan UKM khususnya untuk pemilik UKM Muslim harus memperhatikan sumber modal yang sesuai syariah. Hal ini bisa dilakukan misalnya dengan memperbanyak kerja sama dengan perbankan yang menggunakan prinsip syariah,” ujarnya.