REPUBLIKA.CO.ID, UNGARAN -- Penyebaran penyakit mulut dan kuku (PMK) pada sapi perah di wilayah Kabupaten Semarang membuat para peternak kian ‘gerah’. Pasalnya wabah penyakit pada ternak ruminansia ini mulai mengganggu produktivitas susu sapi.
Di daerah ini, dampak penyebaran PMK tak hanya dirasakan para peternak sapi perah di wilayah Kecamatan Ungaran Barat, para peternak di sentra produksi susu sapi di Kecamatan Getasan pun tak luput mulai kelimpungan.
Sejak muncul kali pertama pertengahan Mei 2022 lalu, ratusan ekor sapi perah di kecamatan ini terindikasi telah terinveksi virus penyebab PMK pada hewan ternak kuku belah tersebut.
“Dampaknya, para peternak kian terpuruk karena produksi susu sapi kini anjlok,” ungkap Sutini (34) peternak sapi perah di Desa Nogosaren, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, Jumat (3/6/2022).
Menurutnya, penyebaran virus PMK yang menyerang sapi perah di Getasan sangat cepat dan dalam sepekan terakhir jumlah sapi perah yang terpapar pun melonjak cukup signifikan.
Pekan lalu, jelas Sutini, tiga ekor sapi perah yang ada di kandangnya belum menunjukkan gejala- gejala klinis terindikasi PMK. Namun pada awal pekan ini dua ekor sapi di antaranya diduga telah terkena PMK.
Di awali dari gejala sapi tidak mau makan rumput hingga akhirnya lemas dan tidak mampu berdiri untuk menopang badannya. “Beruntung, sapi-sapi yang terindikasi PMK sebagian telah ditangani dan saat ini sudah mulai masuk fase penyembuhan dan pemulihan,” tambahnya.
Upaya pemulihan tersebut, saat ini dilakukan secara mandiri dibantu relawan kesehatan hewan bersama dengan mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB). Proses pemulihan dilakukan dengan cara diinfus air kelapa untuk mengembalikan tenaganya.
Meski kondisinya sudah relatif lebih baik, produksi susu tiap ekor sapi belum kembali normal. “Sebelum terkena PMK mampu memproduksi susu hingga 45 liter per hari atau tiap sapi mampu memproduksi 15 liter per hari, sekarang lima liter per hari saja tidak sampai,” tegasnya.
Relawan penanganan PMK di Kecamatan Getasan, drh Mukhlas Yasi Alamsyah menjelaskan, saat ini, penyakit PMK telah ditemukan sedikitnya di 12 dusun di beberapa desa di wilayah Kecamatan Getasan.
“Jika diakumulasi, jumlah sapi yang terindikasi telah terinfeksi PMK di 12 dusun tersebut sudah mencapai lebih dari 120 ekor,” ungkapnya.
Mukhlas menambahkan, ia dan para relawan program profesi dokter hewan IPB sampai kewalahan membantu memberikan penanganan. Karena hampir setiap hari ada laporan warga yang ternak sapinya terindiksi PMK di beberapa tempat.
Serangan PMK pada ternak sapi perah ini mengakibatkan kerugian ganda bagi para peternak. Selain kondisi kesehatan sapi yang menurun, hal ini juga mengganggu produktivitas susu sapi segar.
Karena meski sapi-sapi yang terkena PMK telah pulih, produktivitasnya tidak dapat kembali seperti sebelum terserang PMK. “Jadi walaupun sudah sembuh, sapi nggak bisa pulih langsung normal bahkan tidak dapat kembali seperti sebelumnya,” kata Mukhlas.
Warga, jelasnya, berharap ada tindakan cepat dari dinas terkait untuk megendalikan penyebaaran PMK di Kecamatan Getasan ini. Karena PMK terus mengancam produktivitas di kecamatan sentra produksi susu segar ini.
Bisa dihitung, jika satu ekor sapi kehilangan produktivitas susu hingga 10 liter, berapa jika ada lebih dari 120 ekor sapi yang terserang PMK ini. “Setiap hari bisa terjadi penurunan lebih dari 1.200 liter susu,” tegasnya.