Rabu 15 Jun 2022 17:13 WIB

Bawang Merah Jadi Komoditas Hasil Pertanian Menjanjikan di Lumajang

Masa tanam bawang merah lebih singkat daripada komoditas lainnya.

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Yusuf Assidiq
Petani membersihkan hasil panen bawang merah.
Foto: ANTARA/Arnas Padda
Petani membersihkan hasil panen bawang merah.

REPUBLIKA.CO.ID, LUMAJANG -- Bupati Lumajang, Thoriqul Haq mengatakan, bawang merah menjadi salah satu alternatif komoditas hasil pertanian yang menjanjikan di daerahnya. Hal ini berarti bisa dimanfaatkan dengan baik oleh para petani ke depannya.

Pria disapa Cak Thoriq ini mengungkapkan, komoditas bawang merah cukup menjanjikan karena harga jualnya bagus. Selain itu, petani juga diuntungkan dari masa tanam yang lebih singkat dari komoditas lain. "Ya seperti, tembakau maupun jagung," kata dia saat menghadiri Panen Bawang Merah bersama Kelompok Tani di Desa Jatirejo Kecamatan Kunir, Kabupaten Lumajang, Rabu (15/6/2022).

Menurut Cak Thoriq, bawang merah bisa tersimpan dari jarak waktu yang aman. Hal ini berbeda dengan cabai karena biasanya harus cepat jual. Sementara itu, bawang merah bisa tahan sekitar lima sampai tujuh bulan sehingga potensi harganya bagus.

Hal yang pasti, keberhasilan petani bawang merah tidak terlepas dari peran para penyuluh. Oleh karena itu, dia mendorong penyuluh pertanian tetap melakukan pendampingan. Tujuannya, agar setiap kendala yang terjadi di lapangan dapat segera mendapatkan solusi.

Pada kesempatan sama, Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Lumajang, Hairil Diani menjelaskan, komoditas bawang merah di Kecamatan Kunir merupakan bagian dari upaya pemerintah daerah dalam diversifikasi komoditas pertanian.

Sebelumnya, di Kecamatan Kunir lebih banyak bercocok tanam padi, jagung, dan tembakau. Menurut dia, masa tanam bawang merah lebih singkat daripada komoditas lainnya. Masa tanam komoditas ini biasanya hanya berkisar 55 sampai 61 hari siap panen.

Adapun bawang merah yang panen pada kali ini, kata dia, ditanam pada lahan seluar 0,35 hektare (ha). Jenis bibitnya adalah varietas biru lancor dari Probolinggo.

"Dari hitung-hitungan ekonomi seluas itu dibutuhkan dana tidak sampai Rp 25 juta, dan hari ini sudah ditawar di atas Rp 100 juta. Ini menjanjikan," jelasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement