REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan, dan Perikanan Kota Surakarta, Jawa Tengah menemukan enam ekor sapi positif terpapar penyakit mulut dan kuku (PMK). Sapi yang positif PMK ini dua di antaranya di Kelurahan Banyuanyar dan empat yang lain di Kelurahan Mojosongo.
Kepala Bidang Veteriner Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan, dan Perikanan Kota Surakarta Agus Sasmita mengatakan kasus tersebut bermula dari masuknya dua ekor sapi positif PMK dari Kabupaten Sragen yang kemudian menularkan PMK ke sapi lain. "Positif PMK, setelah sepekan baru kelihatan," katanya.
Awalnya sapi datang dalam kondisi sehat, namun sepekan kemudian menunjukkan gejala. "Kemudian diperiksa mantri, katanya belum ada gejala PMK cuma pilek, dan mantri menghubungi kami beberapa hari kemudian sudah keluar tanda-tanda PMK," ujar dia.
Selanjutnya, untuk sapi yang positif terpapar PMK tersebut mendapatkan pengawasan intensif dari Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan, dan Perikanan Kota Surakarta. Ia mengatakan untuk karantina dilakukan di kandang milik peternak dan selama karantina sapi mendapatkan pengobatan.
Menurut dia, dibutuhkan waktu setidaknya dua pekan untuk pulih kembali. "Kalau Banyuanyar sudah membaik karena kasusnya sudah sejak pekan kemarin. Untuk perbaikan kondisi ini paling tidak memastikan sapi mau makan lagi. Prosesnya lama, butuh dua pekan bisa bulanan," katanya.
Untuk mencegah meluasnya paparan PMK, petugas dari Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan, dan Perikanan Kota Surakarta melakukan penyemprotan disinfektan ke kandang hewan ternak milik warga.
"Untuk hari ini dilakukan di seluruh kampung di Mojosongo, di Jatirejo (penyemprotan disinfektan, red.) di kandang saja, tidak sampai ke sampah (tempat pembuangan akhir, red.)," jelasnya.