REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Skrining Tuberculosis (TB) merupakan langkah vital dalam rangka menemukan dan mengeradikasi TB. Karenanya, TB Recovery Plan Majelis Pembina Kesehatan Umum (MPKU) mengampanyekan kesadaran TB demi peningkatan temuan kasus.
Ikhtiar itu dilaksanakan bersama Lembaga Pembangunan Internasional Amerika Serikat (Usaid). Ketua MPKU PP Muhammadiyah, dr Agus Samsudin mengatakan, peningkatan temuan kasus TB merupakan satu langkah yang sangat penting.
Apalagi, sejak pandemi Covid-19 berlangsung di dunia, termasuk di Tanah Air, temuan kasus TB di Indonesia turun sampai 50 persen. Dalam konteks ini, Agus berpendapat, kondisi itu seperti mengembalikan Indonesia pada 10 tahun lalu.
Padahal, Indonesia sendiri sampai saat ini masih berada di posisi ketiga setelah India dan Cina sebagai penyumbang pasien TB tertinggi di dunia. Karenanya, Agus menekankan, meningkatkan temuan TB sudah seharusnya diusahakan di Indonesia.
"Termasuk kita yang ada di RS-RS Muhammadiyah untuk bersama menemukan pasien-pasien TB. Tujuan jelas, supaya kita bisa mengobati dengan baik, sekaligus juga mengembalikan kesehatan pasien yang terkena TB menjadi sehat kembali," kata Agus dalam Health Campaign: National Webinar for Menteri World TB Day Summit, Senin (20/6/2022).
Setelah kesadaran masyarakat dan tenaga kesehatan secara khusus terhadap TB terpuruk akibat fokus penanganan Covid-19, kini Mentari TB Recovery Plan berusaha kembali mengampanyekan kesadaran dan temuan kasus terhadap penyakit tersebut.
Program Manager Mentari TB Recovery MPKU, dr Aldila S Al Arfah menuturkan, yang pertama dilakukan memulihkan kesadaran. Mengingatkan lagi kalau kematian akibat TB tinggi, lalu tidak semua batuk demam itu tidak hanya Covid-19, tapi bisa TB.
Jika kesadaran meningkat, maka skrining diharapkan lebih masif. Pasalnya, ia mengingatkan, skrining merupakan pilar utama temuan kasus TB. Karenanya, saat ini RS-RS Muhammadiyah mengubah sistem skrining dari pasif menjadi proaktif.
Artinya, lanjut Aldila, dulu ketika ada orang batuk baru dilakukan skrining atau pasien yang datang ke klinik TB DOTS baru diskrinning. Namun, saat ini sistem yang ada diubah, pasien datang atau tidak ke TB DOTS dilakukan skrining.
"Pasien batuk dan tidak batuk kita tanyakan juga, lalu penguatan di jejaring internal dan eksternal, perkuat komposisi tim dan penguatan sarana prasarana," ujar Aldila.
Dibuat 12 regulasi mulai manajemen tim TB di RS, sistem prosedur operasional baik skrining di UGD, klinik atau pemeriksaan silang pasien diabetes melitus atau Covid-19 sampai laporan. Ini jadi regulasi payung untuk menanggulangi TB.
Sampai saat ini, telah dilakukan skrining terhadap 1.009.505 orang di jaringan 48 RSMA. Dari total tersebut, 249.587 menjadi suspek TB, setelah pemeriksaan ditemukan 5.382 orang didiagnosis TB dan baru 5.112 orang melakukan pengobatan.
Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara, Prof Tjandra menambahkan, penting melibatkan multisektor dalam peningkatan temuan kasus TB. Dapat dilakukan di RS seperti jaringan RSMA, di rumah maupun di klinik, mobile klinik dan komunitas.
Ia berpendapat, penting pula membawa pembahasan TB ke agenda-agenda lebih tinggi seperti G20. Terlebih, 50 persen pasien TB berasal dari negara-negara G20. Maka itu, ia menyampaikan apresiasi usaha yang dilakukan Menteri TB Recovery Plan.
"Saya sangat mengapresiasi kerja Menteri TB Recovery Plan, terutama untuk bahasan ini, skrining sangat penting. Skrining jadi modalitas yang baik untuk Invest to End TB Save Live, sebagaimana tema Hari TB Dunia tahun ini," kata Tjandra.