REPUBLIKA.CO.ID,CILACAP -- Tumpahan sebanyak 1.900 liter minyak Pertamina di perairan Cilacap dapat mengancam biota laut di wilayah tersebut. Maka ketika minyak dari Area 70 Pertamina tumpah di perairan, warga setempat langsung berbondong-bondong melakukan pembersihan.
Ratusan warga setempat mulai mengambil minyak yang tercecer di laut sejak tumpah pada Senin (27/6/22) pukul 17.30 WIB. Mereka melakukan hal yang serupa dengan pencemaran minyak yang terjadi pada 7 tahun silam.
Menurut Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Cilacap, aksi cepat masyarakat inilah yang membuat pembersihan minyak yang tumpah tersebut cepat terselesaikan dan mencegah biota laut seperti ikan keracunan.
"Ikan tidak ada yang mati karena minyak di permukaan langsung diambil dan dipastikan tidak ada yang tenggelam. Secara teori itu aman, selama minyak di atas perairan tidak masuk ke dalam," ujar Kepala DLH Cilacap Sri Murniyati kepada Republika, Kamis (30/6/22).
Murni menilai, PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) RU IV Cilacap sudah berupaya semaksimal mungkin untuk melakukan pembersihan sejak menemukan terjadinya tumpahan minyak. Selain melakukan pembersihan, PT KPI RU IV juga akan bertanggung jawab mengenai akibat yang dapat ditimbulkan dari pencemaran minyak di perairan ini.
Akan tetapi, kerugian biologis ini tidak dapat diukur secara langsung saat ini juga. Parameter yang diambil yakni sebelum masuknya zat asing di perairan, dalam hal ini minyak, dan sesudah masuknya zat asing tersebut. Oleh karena itu, DLH menegaskan kepada Pertamina untuk segera melakukan uji parameter biologi. Sebelumnya DLH telah melakukan uji parameter biologi dalam kurun waktu enam bulan sekali.
"Saya meminta ke Pertamina segera diuji parameter biologinya. Ini juga untuk materi kami pemantauan setelahnya," kata Murni.
Mengenai dampak tumpahan minyak ini ke biota laut, Area Manager Communication, Relations & CSR PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) RU IV Cilacap, Cecep Supriyatna menjelaskan bahwa pihaknya telah memastikan bahwa seluruh minyak yang tumpah telah dibersihkan.
Selain itu, pihaknya melakukan penyisiran sepanjang pantai yang terdampak oleh tumpahan minyak dan menemukan bahwa semuanya telah bersih kembali dari minyak. Begitu juga dengan biota laut, tidak ditemukan ada kematian biota laut. "Sejauh ini pantauan kami untuk biota laut aman," kata Cecep.
Pertamina juga langsung melakukan uji parameter biologi dengan mengambil air di wilayah yang terkena tumpahan minyak. Sampel tersebut diambil oleh tim Pertamina bersama Balai Besar Teknologi Pencegahan Pencemaran Industri (BBTPPI).
Sementara itu sumber kebocoran minyak tersebut masih diinvestigasi oleh Pertamina. Saat kejadian tersebut, di area ini sedang ada aktivitas muat (loading) minyak dari pipa penyalur ke kapal tanker.
Cecep mengatakan, pihaknya belum bisa memastikan apakah tumpahan minyak tersebut berasal dari kapal tanker atau dari pipa penyalurnya. "Saat ini masih fokus pembersihan, belum dapat informasi mengenai sumber kebocoran," katanya.
Sebelumnya Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kabupaten Cilacap Sarjono mengatakan bahwa tumpahan minyak tersebut pertama kali diketahui nelayan pada hari Senin (27/6/22), pukul 17.30 WIB. Kemudian pukul 19.00 WIB mulai tercium bau menyengat.
"Tadi pagi ada angin dari timur ke barat, sehingga banyak (tumpahan minyak) yang mengumpul di Sungai Donan sekitar Dermaga Wijayapura atau Dermaga Batre ini," kata Sarjono.