Kamis 30 Jun 2022 23:01 WIB

Pemkot Mojokerto Turunkan Tim Pemantau Hewan Qurban

Tim tersebut nantinya bekerja berkeliling untuk memantau kesehatan hewan qurban.

Pemkot Mojokerto Turunkan Tim Pemantau Hewan Qurban (ilustrasi).
Foto: ANTARA/Muhammad Iqbal
Pemkot Mojokerto Turunkan Tim Pemantau Hewan Qurban (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID,MOJOKERTO -- Pemerintah Kota Mojokerto Jawa Timur menurunkan tim untuk memantau kesehatan hewan kurban menjelang pelaksanaan Hari Raya Idul Adha1443 Hijrah.

Plt Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan (DKPP) DKPP Kota Mojokerto Agus Triyatno mengatakan tim tersebut nantinya bekerja berkeliling untuk memantau kesehatan hewan kurban. "Tim ini bekerja sama dengan DKPP untuk berikan pelayanan barangkali ada hewan kurbannya datang sekalipun sudah dilengkapi surat keterangan kesehatan hewan (SKKH) dari daerah asal. Namun, ketika semua tak yakin atau ragu inilah ruang lingkup pelayanan kami," katanya di sela pertemuan dengan pengurus masjid di kota setempat, Kamis (30/6/2022).

Baca Juga

Ia mengatakan, dari tim akan terjun dua kali yakni lapis pertama SKKH, lapis keduanya pemeriksaan. "Sehingga diharapkan dari program ini anda mantap bahwa hewan yang akan dikurbankan dalam keadaan sehat dan sesuai syariat agama Islam," katanya.

Ia mengatakan, pihaknya sengaja mengundang pengurus masjid berkaitan dengan datangnya Hari Raya Kurban di tengah merebaknya wabah penyakit mulut dan kuku. Selain mengumpulkan para pengurus masjid, Pemkot juga mendatangkan ahli dari Universitas Brawijaya, Malang sebagai narasumber atau pemateri yakni, drh. Widi Nugroho, Ph.D dari Fakultas Kedokteran Hewan (FKH).

"Untuk bagaimana kurban bisa dilaksanakan dengan baik, tetapi PMK juga bisa tertangani dengan baik. Tetap sesuai syariat dan tak membahayakan bagi penerima hewan kurban," ujarnya.

Dia menjelaskan berdasar surat edaran Menteri Pertanian bahwa kurban ini dilaksanakan penyembelihan dilakukan di rumah potong hewan (RPH). "Namun pak Menteri ini memberikan keterangan bahwa bagi penyembelihan yang tak dilakukan di RPH maka harus melakukan permohonan ke dinas terkait," ujarnya.

Oleh karena itu dirinya berharap bagi para pengurus masjid yang hendak melakukan pemotongan secara mandiri agar bersurat ke dinas. "Kami memiliki data di mana saja yang melakukan penyembelihan. Sehingga, bisa melakukan monitoring baik dari kualifikasi teknis tempatnya dan juga melakukan pemeriksaan kepada hewan kurbannya," katanya.

Sementara drh. Widi Nugroho, Ph.D dari fakultas kedokteran hewan Universitas Brawijaya memastikan jika sapi terkena PMK tetap bisa dikurbankan dan dagingnya aman dimakan serta juga tak menular. "Sapi atau kambing, domba atau onta yang terinfeksi PMK aman dimakan manusia. Yang mudah sakit sapi. Kambing bisa terinfeksi, domba, onta bisa tetapi gejala ringan. Yang paling berat gejalanya sapi," ujarnya.

Menurut dia, PMK ini bukan penyakit yang mematikan bagi sapi karena hanya sebagian kecil saja yang menimbulkan kematian. "Hanya sebagian kecil saja sapi yang terkena PMK mati. Tadi kalau bapak kepala BAZNAS menyampaikan akan ada 500 sapi yang disembelih di sana. Kalau misal semua terinfeksi PMK hanya kurang dari lima persen atau 25 ekor saja yang mati yang lain akan sembuh," tuturnya.

Dan ini lanjut dia terjadi di mana-mana. Di Afrika, India, China, Malaysia dan termasuk juga di Indonesia. "Kami kumpulkan data di seluruh Indonesia juga begitu. Semua menunjukkan tingkat kematian di bawah lima persen, artinya penyakit ini sapinya bisa sembuh. Jadi jangan panik," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement