REPUBLIKA.CO.ID,SURABAYA -- Plt Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak meminta segera dilakukan percepatan vaksinasi sebagai upaya mengendalikan dan menangani penyakit kuku dan mulut (PMK) di wilayah setempat.
"Harus segera dilakukan (percepatan vaksinasi), terutama pada tahap pertama setelah kedatangan dosis dari pusat," katanya di Surabaya, Kamis (7/7/2022).
Ia mengaku telah menerima laporan terkait tindakan vaksinasi yang dilakukan di sejumlah daerah, namun angkanya belum signifikan. Berdasarkan data per 6 Juli 2022, dari 363.400 dosis vaksin yang diterima, Dinas Peternakan Jatim telah menyuntikkan kepada sebanyak 200 ribu-an hewan ternak atau masih 67 persen.
Diharapkan, sebelum Idul Adha 1443 Hijriah, proses pemberian vaksinasi kepada hewan ternak telah selesai dilakukan. Di sisi lain, ia mengimbau kepada para peternak agar jangan mudah melepas ternak sakit dengan harga yang sangat murah. "Karena selain dapat diupayakan kesembuhannya, harga-harga yang ditawarkan juga tidak masuk akal," ucap orang nomor dua di Pemprov Jatim tersebut.
"Lebih baik ditunggu. Kalau ditawar Rp2 juta jangan dilepas karena tidak pas. Kami tidak berharap ternak ini mati dan akhirnya membuat peternak merugi," tambahnya.
Tidak itu saja, ia juga meminta peternak tak takut saat sapinya divaksin karena khawatir mengalami sakit lebih parah, bahkan sampai mati. "Jangan takut karena itu hanya isu-isu. Kalau sudah divaksin tentu akan lebih baik dan terhindar dari penyakit. Kepada peternak juga jangan ragu laporkan kondisi sapinya jika mengalami gejala PMK," kata Emil Elestianto Dardak.
Sementara itu, Pemprov Jatim akan melatih tenaga vaksinator melibatkan TNI dan Polri serta tenaga kesehatan perguruan tinggi, seperti Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga, Universitas Wijaya Kusuma serta Universitas Brawijaya. "Pelatihannya mulai Jumat (8/7) di Surabaya secara daring maupun luring," kata Kepala Dinas Peternakan Jatim Indyah Aryani ketika dikonfirmasi.
Terkait vaksinasi, menurut dia sapi perah menjadi sasaran utama pada tahap pertama ini karena memiliki dampak ekonomi luar biasa. "Berikutnya fokus kepada sapi potong," demikian Indyah Aryani.