Senin 11 Jul 2022 19:20 WIB

Polda DIY Imbau Pendatang Hormati Norma yang Berlaku di Yogyakarta

Sultan meminta seluruh pendatang di Yogyakarta menghargai dan menjunjung budaya Yogya

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Fernan Rahadi
Direktur Reserse Kriminal Khusus Polda DIY Kombes Pol Roberto Pasaribu (kiri), Kabid Humas Polda DIY Kombes Pol Yuliyanto (tengah), dan Wakil Direktur Reserse Kriminal Khusus Polda DIY, AKBP FX Endriadi (kanan) saat menggelar konferensi pers kasus tindak pidana kejahatan  eksploitasi anak dengan modus mendistribusi video pornografi dan seksual melalui jaringan media sosial (medsos) dan media daring di Mapolda DIY, Senin (11/7/2022).
Foto: dokpri
Direktur Reserse Kriminal Khusus Polda DIY Kombes Pol Roberto Pasaribu (kiri), Kabid Humas Polda DIY Kombes Pol Yuliyanto (tengah), dan Wakil Direktur Reserse Kriminal Khusus Polda DIY, AKBP FX Endriadi (kanan) saat menggelar konferensi pers kasus tindak pidana kejahatan eksploitasi anak dengan modus mendistribusi video pornografi dan seksual melalui jaringan media sosial (medsos) dan media daring di Mapolda DIY, Senin (11/7/2022).

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Keributan demi keributan yang beberapa waktu terakhir terjadi sedikit mengusik nama Yogyakarta sebagai Kota Budaya, Kota Wisata dan Kota Pendidikan. Salah satu yang membuat banyak orang marah, pelaku-pelaku merupakan pendatang.

Kabid Humas Polda DIY, Kombes Pol Yuliyanto mengatakan, siapa pun etika merantau ke kampung orang lain sudah seharusnya menghormati nilai-nilai di Yogyakarta. Baik itu untuk keperluan bekerja, belajar atau sekadar berwisata.

"Kita harus menjaga norma-norma yang ada di daerah yang kita datangi, sebagai pekerja, sebagai pelajar, sebagai wisatawan dan lain lain," kata Yuliyanto kepada Republika, Senin (11/7).

Ini sejalan pula dengan nasihat yang pernah disampaikan Sri Sultan Hamengku Buwono X. Selain meminta Polda DIY menindak tegas pelaku, Sultan meminta seluruh pendatang di Yogyakarta menghargai dan menjunjung budaya yang ada di Yogyakarta.

Hal ini menanggapi keributan yang terjadi dua pekan lalu di salah satu tempat hiburan di Babarsari, Seturan, Sleman. Keributan yang melibatkan dua kelompok ini memunculkan julukan miring yang menyebut Babarsari sebagai Gotham City.

Yuliyanto menekankan, sebagai pendatang dari manapun kita, sudah seharusnya semua menghormati norma-norma yang ada di daerah tersebut, termasuk Yogyakarta. Sehingga, tidak berbenturan maupun tidak mendapatkan resistensi warga asli.

"Bukan berarti sukuisme, tapi kita wajib menjunjung tinggi kearifan lokal supaya semuanya bisa hidup berdampingan, supaya semuanya bisa menikmati wisata dengan nyaman, saling menghormati, itu yang harus diutamakan," ujar Yuliyanto. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement