REPUBLIKA.CO.ID,UNGARAN -- PT Perkebunan Nusantara (PTPN) IX terus mendorong strategi hilirisasi bisnis kopi. Hal ini untuk menyiasati harga kopi di pasar global --yang saat ini-- masih cenderung tertekan. Strategi ini dilakukan PTPN IX dengan mendorong produk kopi kemasan berikut ekosistemnya dengan brand produk Banaran 9.
“Hal ini sekaligus untuk mendukung kebijakan pengembangan bisnis Holding Perkebunan Nusantara,” ungkap Senior Executive Vice President (SEVP) Business Support PTPN IX, Affan Safiq mengungkapkan, di sela acara tradisi ‘Wiwit Olah Kopi’ yang dilaksanakan di Pabrik Kopi banatan 1911, Gemawang, Kecamatan Jambu, Kabupaten Semarang, Jumat (22/7/2022).
Menurut Affan, harga kopi di pasar global --saat ini-- cenderung mengakami tekanan. Maka ini menjadi pertimbangan PTPN IX untuk bergerak lebih ke hilir lagi dalam bisnis kopi. “Jadi, jika selama ini kita menjual kopi dalam bentuk bulk green bean (bijih kopi mentah belum diroasting dalam jumlah besar), sekarang kita mulai turun ke bisnis ritel,” tambahnya.
Terkait dengan hilirisasi produk kopi ini, lanjut Affan, lebih mengeksplorasi dengan menyajikan produk kopi dalam bentuk kemasan. Kebijakan hilirisasi ini juga sejalan dengan pengembangan bisnis hilir di Holding Perkebunan Nusantara.
Karena kebijakan hilirisasi ini sudah ada sejak konsep Holding Perkebunan Nusantara dan nantinya kita akan satukan di dalam satu brand produk Perkebunan Nusantara. “Jadi kopi- kopi dihasilkan dari kebun PTPN IX ini, nanti ada punya sub produk seperti Banaran 9,” ungkapnya.
Konflik Russia- Ukraina, tidak memiliki dampak bagi pasar kopi global. Karena kopi bukan komoditas kebutuhan primer. “Jadi untuk harga kopi itu, sampai saat ini masih relatif ‘sideways’ lah di pasar internasional walaupun ada konflik Russia- Ukraina,” tambahnya.
Dalam kesempatan ini, Affan juga menyampaikan, acara Selamatan Wiwit Olah Kopi’ ini merupakan tradisi yang dilestarikan di kebun Gertas atau kebun Kopi PTPN IX. Yakni merupakan sebuah tradisi yangmenandai kebun mulai melakukan panen raya dan mengantarnya ke pabrik pengolahan untuk diolah.
“Maka tradisi ini bukan ritual, tetapi merupakan sebuah perwujudan ugkapan rasa syukur karena telah diberikan hasil panen yang melimpah sekaligus juga doa agar kopi yang dihasilkan dapat diolah menjadi kopi dengan kualitas terbaik,” jelasnya.
Dalam tradisi ini, lanjut Agffan, juga rangkaikan dengan peluncuran Café Banaran 1911. Kopi yang telah dipanen dan diolah dengan kualitas terbaik tersebut bisa disajikan dengan citarasa terbaik di café ini.
Dahulu, 1911 adalah awal mula pengembangan komoditas kopi di Jawa Tengah yang –setelah proses nasionalisasi—digabung ke PTPN IX. Oleh karena itu, ini memang tradisi yang dipertahankan di kebun Gertas.
Karena pada waktu itu situasi memang meneghendaki, bagaimana bisa merangkul masyarakat setempat dan kegiatan panen raya kopi ini juga memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk ikut mendapatkan manfaat dari budidaya dan panen kopi yang dilakukan oleh PTPN IX.
Secara umum, masih jelas Affan, produk kopi kebun Gertas adalah Arabika dan Robusta. Di pabrik ini juga memblending kopi sesuai citarasa yang diminati di Jawa Tengah pada umumnya. Yakni 50 persen Arabika dan 50 peren Robusta.
Berdasarkan laporan manager Kebun gertas telah disampaikan produksi Pabrik Kopi 1911 mencapai sekitar 490 ton. Sedangkan untuk total keseluruhan produksi kopi di kebun Gertas tahun 2021 mencapai sekitar 300.000 ton.
“Tentunya produktivitas ini akan terus ditingkatkan lagi di masa mendatang, agar ke depan akan mampu memberikan kontribusi yang lebih baik lagi bagi PTPN IX,” tandas Affan.