REPUBLIKA.CO.ID,YOGYAKARTA -- Kondisi perekonomian di DIY sudah mulai tumbuh, terutama yang ditopang dari pariwisata. Meskipun begitu, Mantan Wakil Wali Kota Yogyakarta, Heroe Poerwadi mengatakan, daya beli masyarakat masih rendah.
Naiknya perekonomian dari aktivitas pariwisata hanya berdampak kepada beberapa sektor, seperti perhotelan dan resto. Namun, sektor lainnya seperti UMKM belum menunjukkan peningkatan yang signifikan dibanding dengan perhotelan dan resto.
"Kalau pariwisata itu mengakselerasi ekonomi menengah ke atas, dari hotel, resto dan jasa-jasa berkaitan pariwisata meningkat," kata Heroe dalam acara Pendopo Agung Mid Monthly Performance yang digelar secara hybrid di Universitas Widya Mataram (UWM), Kota Yogyakarta, Senin (29/8).
Kedatangan mahasiswa untuk melaksanakan perkuliahan tatap muka di DIY diharapkan dapat meningkatkan daya beli masyarakat. Pasalnya, meningkatnya realisasi belanja dari mahasiswa dapat berdampak langsung pada UMKM.
"Kalau mahasiswa yang datang, yang menikmati yang menyediakan layanan ke mahasiswa, seperti laundry sampai makanan. Kalau itu terjadi saya berharap daya beli masyarakat meningkat," ujarnya yang juga mantan Ketua Satgas Harian Covid-19 Kota Yogyakarta tersebut.
Heroe menjelaskan, saat ini tingkat hunian hotel rata-rata sudah mencapai 60 hingga 80 persen. Sedangkan, perekonomian pelaku UMKM seperti pelaku usaha yang menjual oleh-oleh maupun warung makan belum meningkat.
"Banyak warung, oleh-oleh, jajanan yang belum laku seperti sebelum pandemi Covid-19. Artinya pariwisata sampai sekarang baru menghidupkan beberapa sektor saja yang bisa naik perekonomiannya, tapi sejumlah sektor lain belum tumbuh. Analisis kita sementara daya beli masyarakat masih rendah," jelas Heroe.
Dengan kedatangan mahasiswa ke DIY mengingat sudah banyak perguruan tinggi menggelar maupun akan menggelar perkuliahan tatap muka, diharapkan dapat berkontribusi pada peningkatan ekonomi DIY. Terutama perekonomian yang belum tersentuh oleh aktivitas pariwisata.
"Kita berharap saat mahasiswa datang ke Yogya nanti mengakselerasi ekonomi masyarakat," tambahnya.
Heroe menjelaskan, berdasarkan pendapat para ahli, di 2022 ini daya beli masyarakat akan cepat bangkit jika ekonomi masyarakat sudah pulih di 2022 ini di baik dari pariwisata maupun dari UMKM. Sebaliknya, jika daya beli masyarakat belum meningkat, maka akan menyebabkan masalah yang lebih besar di 2023 mendatang bahkan saat pemilu 2024.
"Karena dompetnya masyarakat semakin tipis dan saat yang bersamaan ada tahun politik. Ini menjadi problem ketika masyarakat kekurangan dana, tapi di sisi lain sedang terjadi perebutan kekuasaan," ujar Heroe.
Heroe menegaskan, hal tersebut harus diantisipasi oleh seluruh pihak. Diharapkan nantinya dari sisi kesehatan, perekonomian maupun politik dapat saling menguat.
"Kalau tidak saling menguatkan, maka dampaknya mungkin di 2024 dan 2025 kita masih belum bisa pulih seperti sedia kala," tambah Heroe.