REPUBLIKA.CO.ID,UNGARAN -- Pemahaman generasi muda putri terhadap pentingnya zat besi bagi kebutuhan kesehatannya tubuhnya masih rendah. Padahal ini menjadi ikhtiar penting dalam menyiapkan generasi muda yang berkualitas di masa mendatang.
Wakil Gubernur (Wagub) Jawa Tengah, Taj Yasin Maimoen mengungkapkan, menyiapkan generasi muda yang berkualitas di masa mendatang, tidak dimulai ketika seorang perempuan sudah mengandung.
Tetapi harus ‘dicicil’ sejak seorang perempuan menginjak usia remaja. “Pada usia ini, asupan gizi, khususnya zat besi, harus bisa terpenuhi agar terhindar dari anemia,” ungkapnya, di hadapan ratusan mahasiswa Universitas Ngudi Waluyo (UNW), Ungaran, Kabupaten Semarang, Selasa (30/8/2022).
Sayangnya, kata wagub, tidak semua remaja putri paham mengenai pememenuhan kebutuhan zat besinya. Hal ini dibuktikan sendiri oleh wagub saat melempar pertanyaan kepada para mahasiswi UNW dalam kesempatan ini.
“Apakah kalian semua rajin mengonsumsi penambah darah, yang telah diberikan pemerintah melalui dinas kesehatan,” kata Taj Yasin.
Dengan kompak, sebagian besar dari mahasiswi menjawab tidak. Jawaban mereka kemudian direspon Wagub dengan memberikan penjelasan mengenai pentingnya memenuhi kebutuhan zat besi.
Menurut wagub, kekurangan zat besi yang berlanjut hingga usia dewasa, berisiko lebih tinggi saat hamil. “Salah satunya adalah bayi lahir stunting atau gagal tumbuh kembang,” jelasnya, kepada para mahasiswa yang mengikuti Orientasi Kece Mahasiswa Baru UNW.
Bayi yang terlahir stunting, tumbuh kembangnya mengalami gangguan, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Tak hanya itu, anak yang menderita stunting akan mengalami gangguan perkembangan otak.
Sehingga dapat mempengaruhi kemampuan kognitifnya. “Seperti sulit mengingat dan bisa mengalami kesulitan saat melakukan kegiatan yang berkaitan dengan mental dan otak,” lanjut Taj Yasin.
Maka, wagub akan menginstruksikan kepada Dinas Kesehatan dan DP3AB2KB Provinsi Jawa Tengah untuk memberikan sosialisasi kepada para remaja putri mengenai pentingnya terhindar dari anemia.
Pemerintah juga bisa menggandeng kalangan pendidikan tinggi seperti UNW yang memiliki program studi bidang kesehatan untuk embantu melakukan sosialisasi pentingnya kecukupan zat besi bagi remaja putri.
Walaupun ada beberapa mahasiswi yang telah mengetahui pentingnya asupan zat besi, pada umumnya masih banyak yang belum memahami jika itu menjadi penting Sebagai ikhtiar untuk menyiapkan generasi penerus.
“Inilah yang perlu kita sampaikan lebih luas lagi kepada para remaja putri. Karena ternyata mereka masih banyak yang belum tahu dan ini menjadi pekerjaan rumah kita bersama,” tegas Taj Yasin.
Selama ini, lanjutnya, pemberian tablet penambah darah sudah dilakukan oleh Pemerintah melalui pemberian tablet penambah darah.
Tetapi tidak bisa dipastikan bahwa tablet itu dikonsumsi, karena diizinkan untuk dibawa pulang. Maka ke depan harus ada intervensi dan harus bisa dipastikan tablet penambah darah tersebut benar- benar diminum.
“Kami berharap dengan program- program nanti, kita bisa berkolaborasi dengan sekolah-sekolah. Kita dampangi langsung dan tidak untuk dibawa pulang, tapi dipastikan langsung diminum,” tandasnya.