Kamis 01 Sep 2022 14:22 WIB

Mahasiswa UB Bantu Administrasi Desa Melalui Aplikasi 'SMART Village'

Sebagai langkah awal, aplikasi ini dibangun khusus untuk Desa Krisik, Blitar.

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Yusuf Assidiq
Tim Program Kreativitas Mahasiswa bidang Pengabdian Masyarakat (PKM-PM) Universitas Brawijaya (UB) meluncurkan aplikasi SMART Village di Desa Krisik, Gandusari, Kabupaten Blitar. Aplikasi ini ditunjukkan untuk membantu proses administrasi desa.
Foto: dok. Pribadi/Mahasiswa UB
Tim Program Kreativitas Mahasiswa bidang Pengabdian Masyarakat (PKM-PM) Universitas Brawijaya (UB) meluncurkan aplikasi SMART Village di Desa Krisik, Gandusari, Kabupaten Blitar. Aplikasi ini ditunjukkan untuk membantu proses administrasi desa.

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Perkembangan teknologi membuat segala sesuatunya perlu dilakukan secara digital. Hal ini tak terkecuali dalam menyelesaikan masalah administrasi di desa-desa.

Melihat perkembangan tersebut, Tim Program Kreativitas Mahasiswa bidang Pengabdian Masyarakat (PKM-PM) yang terdiri atas lima mahasiswa Universitas Brawijaya (UB) Malang mengembangkan aplikasi administrasi desa yang dapat diakses melalui internet secara daring (online).

Aplikasi yang dinamakan SMART Village ini telah diluncurkan di Balai Desa Krisik, Gandusari, Kabupaten Blitar, beberapa waktu lalu. Dosen pendamping, Ani Budi Astuti mengatakan, SMART Village atau Desa Pintar merupakan aplikasi yang menyediakan fitur permohonan surat keterangan dan terkoneksi ke database desa.

Dengan demikian, warga dapat mengoperasikannya dari rumah tanpa harus pergi ke kantor desa. Menurut dia, terdapat 17 surat permohonan yang bisa diproses melalui SMART Village. "Beberapa jenis surat tersebut antara lain KTP (Kartu Tanda Penduduk), KK (Kartu Keluarga), dan surat keterangan hilang," kata Ani di Kota Malang.

Sementara itu, koordinator tim, M Teguh Prayoga mengatakan, saat ini penerapan SMART Village telah bekerja sama dengan Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Blitar. Kerja sama ini ditujukan dalam pengadaan aplikasi.

Hal ini ditargetkan bisa membuka peluang di masa depan untuk lebih dikembangkan baik dari fitur maupun skala cakupan. Adapun ide pembuatan aplikasi tersebut didasarkan pada keluhan yang selama ini terjadi di masyarakat terkait sistem administrasi.

Kondisi ini diperparah dengan adanya berbagai pembatasan di era pandemi. Situasi tersebut menjadikan ruang gerak masyarakat semakin sempit.

Selain itu, masyarakat dituntut mengurangi interaksi yang dapat memperbesar penyebaran virus. Ditambah lagi, konsumsi kertas yang sangat tinggi akan berdampak buruk pada lingkungan. Sebab itu, memulai digitalisasi administrasi desa menjadi jalan paling tepat.

Bekerja pada sistem operasi Android, aplikasi SMART Village diharapkan dapat menjangkau masyarakat lebih luas. Namun sebagai langkah awal, aplikasi tersebut dibangun khusus untuk Desa Krisik, Kecamatan Gandusari, Kabupaten Blitar.

Lokasi ini dipilih karena termasuk desa mitra dalam Program Keativitas Mahasiswa bidang Pengabdian Masyarakat 2022. Pada kesempatan lain, Kepala Desa Krisik, Hari Budi Setyawan mengatakan, SMART Village merupakan langkah yang sangat baik untuk kemajuan desa di bidang teknologi.

Sebab itu, dia mengucapkan terima kasih dan merasa sangat terbantu dengan adanya kerja sama yang telah dilakukan antara Desa Krisik dengan UB. Sebagai informasi, aplikasi ini diciptakan oleh lima inovator muda yang terdiri atas M Teguh Prayoga, Gusti Ayu Putu Rawi, Olyvia Maria Kalangi , M Ariq Deriz, dan M Ibnu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement