Jumat 09 Sep 2022 23:58 WIB

Pemkab Bangkalan Tekan Kasus Kekerdilan dengan Pola Triple Helix

Triple Helix ini merupakan konsep kolaborasi atau kerja sama.

Pemkab Bangkalan Tekan Kasus Kekerdilan dengan Pola Triple Helix (ilustrasi).
Foto: Republika/Mardiah
Pemkab Bangkalan Tekan Kasus Kekerdilan dengan Pola Triple Helix (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID,BANGKALAN -- Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bangkalan, Jawa Timur berupaya menekan kasus kekerdilan pada balita di wilayah itu melalui pola triple helix.

"Triple Helix ini merupakan konsep kolaborasi atau kerja sama antara pemerintah, Universitas dan industri," kata Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Pemkab Bangkalan Sudiyo di Bangkalan, Jawa Timur, Jumat.

Baca Juga

Pemerintah sebagai pembuat kebijakan, Universitas sebagai pusat pengembangan penelitian, dan industri sebagai penyedia kebutuhan layanan masyarakat untuk mencapai tujuan bersama.

Menurut Sudiyo, penyelesaian kasus kekerdilan dengan pola triple helix ini, berdasarkan hasil kajian dan penelitian yang dilakukan oleh sejumlah perguruan tinggi di Jawa Timur. Di antaranya oleh Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang, dan Politeknik Kesehatan Malang.

Sudiyo menuturkan, Pemkab Bangkalan bekerja sama dengan kedua perguruan tinggi itu dan Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN).

Hasil penelitian badan riset dan kedua perguruan tinggi tersebut merekomendasikan akan pentingnya Pemkab Bangkalan melakukan inovasi dalam menekan kasus kekerdilan melalui pola triple helix.

Kepala Dinkes Bangkalan Sudiyo juga menjelaskan, bahwa berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa penyebab kekerdilan di Kabupaten Bangkalan karena faktor penyebab langsung dan tidak langsung.

"Yang dimaksud dengan faktor langsung adalah kasus kekerdilan yang terjadi pada balita akibat penyakit infeksi," katanya.

Sedangkan penyebab tidak langsung di antaranya karena tingkat pendapatan, pendidikan, sanitasi lingkungan, sosial budaya pola asuh balita.

Tingkat pendidikan dalam keluarga, terutama ibu, juga berpotensi menjadi penyebab terjadinya kekerdilan pada anak, karena kurangnya pemahaman tentang gizi yang menjadi kebutuhan balita.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement